Sebagian ada yang fanatik dengan rasa tertentu. Misalnya pertama kali mencicipi nasi goreng petai, selama di Banjarmasin pesen itu melulu. Sedangkan sebagian yang lain merupakan tipikal kepo. Pesennya sih tetap nasi goreng, enak soalnya! Cuma varian nasi gorengnya saja yang berbeda.
Misalnya malam ini pesan nasi goreng petai, besoknya nasi goreng seafood, lusa pesennya nasi goreng ayam dan seterusnya. Dalam hal ini saya masuk tim kedua. Tim yang apapun pesanannya, yang penting beda toppingnya. Biar lidah kaya akan cerita. Maklum saja, selain senang diceritani, pada dasarnya saya juga senang bercerita, ehehe.
Habis lembur dapat menyantap nasi goreng seafood khas Banjarmasin adalah surga! Waktu dibuka penutupnya saja paduan aroma rempah yang keluar lewat uap panas dari nasi pasti sukses bikin "perut meleleh". Berpuluh kali menyantap masakan ini, tidak sekalipun kata bosan terlintas di dipikiran saya. Apalagi kalau sesendok nasi sudah mendarat di lidah. Rasanya tuh nggak pengen ada kata udahan saja.
Sampai suatu hari saya jadi kepikiran, kenapa nasi goreng di sini itu enaknya kebangetan ya? Setelah berpuluh kali nyicip nasi goreng di Banjarmasin, barulah terkuak beberapa fakta menarik seputar menu idola kami ini.
Pertama, nasi goreng Banjar itu pakai beras gambut. Selain bertekstur empuk tapi tidak mblenyek, beras gambut itu tipikal beras yang kepyar sehingga sangat cocok jika diolah menjadi nasi goreng. Konon katanya, semakin lama disimpan beras gambut akan semakin mahal. Kenapa? Selain lebih kepyar, juga lebih enak.
Tekstur beras kepyar yang dimasak empuk ini dapat menyerap bumbu dengan baik. Menariknya, meski bumbunya nggak pekat-pekat amat, tetap tercipta rasa nasi goreng yang tidak ada duanya. Ini baru masalah penggunaan bumbunya ya. Soalnya kawan saya kerap memesan telur terpisah (jadi nasi gorengnya nggak pakai telur), setelah saya cicipi, rasanya tetap enak lho!
Ketiga, campuran toppingnya juga nggak pelit-pelit amat. Kalau pesan nasi goreng ayam itu suwiran ayamnya nggak yang mungil-mungil gitu lho, tapi suwirannya terbilang cukup besar dan melimpah. Begitu pula kalau pesan jenis nasi goreng lainnya seperti nasi goreng petai ataupun nasi goreng seafood.
Saya lupa berapa varian nasi goreng yang tersedia di Kedai Bunda, yang jelas tim saya sering pesannya yang nasi goreng petai, ayam dan seafood. Kalau favorit saya sih yang nasi goreng bertabur potongan udang dan cumi yang melimpah alias nasi goreng seafood. Untuk soal harga, nggak usah khawatir deh soalnya harganya sebelas dua belas kok sama nasi goreng di Jawa.
Jadi Banjarmasin itu terdiri atas kampung-kampung tua yang luar biasa uniknya. Salah satunya adalah kawasan gudang beras bernama Kampung Baras Muara Kalayan. Sesuai dengan namanya, kampung ini menjadi sentra perdagangan beras di seantero Banjarmasin. Jadi kalau mau kulakan beras ya di Kampung Baras Muara Kalayan inilah tempatnya.