Kalau dulu, utamanya saat bulan Ramadhan seperti saat ini, citra Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog) itu cukup identik sebagai penyalur sembako murah dari pemerintah melalui berbagai event pasar murah di berbagai daerah, kini Bulog mulai berani berinovasi menjajaki lini komersil perdagangan sembako nasional dengan mengeluarkan brand bernama "KITA".Â
Tercatat berbagai kebutuhan pangan pokok masyarakat terpayungi di bawah brand "KITA". Ada beras (berasKITA), gula (manisKITA), minyak (minyakgorengKITA), tepung terigu (teriguKITA), daging kerbau, olahan daging berupa bakso dengan merk baksoKITA dan masih banyak lagi.
Berbagai produk pangan besutan Bulog yang diproduksi bersama berbagai kolaborator ini dipasarkan melalui Rumah Pangan Kita atau yang kerap disingkat dengan sebutan RPK.

Selain menjadi konsumen, program ini juga memfasilitasi masyarakat luas untuk menjadi wirausahawan dengan menjadi mitra Bulog dalam menjual produk "KITA". Dari masyarakat, dikelola masyarakat, untuk masyarakat.
Begitu kira-kira. Kebayang kan gimana solutifnya program Bulog yang satu ini? Di satu sisi dapat memperpendek rantai distribusi sembako berbagai produk komersial besutan Bulog sehingga stabilitasi harga senantiasa terjaga, namun di sisi lain juga dapat meningkatkan lapangan pekerjaan bagi banyak pihak, tidak terkecuali para wong cilik. Belum lagi keuntungan bagi para mitra Bulog yang notabene adalah para pedagang kecil yang berasal dari berbagai penjuru nusantara. Ibarat sekali menyelam, dua tiga pulau terlampaui.

Selain untuk perseorangan, pemilik kedai juga dapat mengajukan sebagai RPK dengan menambahkan surat rekomendasi dari Kepala Desa saat mendaftar di Kantor Bulog setempat. Oiya, mereka yang tercatat sebagai koperasi, ormas ataupun perusahaan, juga dapat mendaftar untuk mendapafkan fasilitas RPK dengan melampirkan syarat administrasi di atas juga SIUP, NPWP dan keterangan domisili.
Hingga Maret tahun lalu, setahun setelah dilanching pada 9 Mei 2016, jumlah sahabat RPK yang tersebar di seluruh kabupaten dan kota mencapai angka 13.000.

Satu yang terdekat (yang berjarak 1,7 km dari rumah) adalah RPK Berkah Agro Jaya Alami berlokasi di Jalan KH Ali Maksum No. 5, Pelem Sewu, Bantul. Dengan sekali klik, alamat, jam operasional hingga nomor telepon mitra RPK dapat diakses dengan begitu mudah.
Optimasi pemanfaatan kanal digital yang dilakukan Sahabat RPK tentu semakin mendekatkan produk "KITA" dengan kita-kita dimanapun berada. Kalau program 1 RW 1 RPK dapat terealisasi, niscaya melonjaknya sembako menjelang hari raya hanya tinggal kenangan saja karena pilar ketersediaan, keterjangkauan dan stabilitas harga bahan pangan sudah dapat dikendalikan dengan baik.
Apakah Produk "KITA" Diminati Masyarakat?
Berdasarkan data yang dilansir dari TribunNews.com, sejak bulan Januari hingga April 2018 lalu jumlah bahan pangan yang terjual melalui RPK di Jogja saja mencapai lebih dari 2 juta kilogram, meliputi 1.421.627 kg beras C4 medium, 221.555 kg gula pasir dan 130.062 kg minyak goreng. Kabar baik ini tentu mampu menjadi indikator ketertarikan masyarakat pada produk "KITA" besutan Bulog. Dari data di atas, terlihat bahwa masyarakat kini sudah tidak memandang beras Bulog sebagai beras no 2 lagi, malainkan masuk dalam daftar pilihan bahan pangan yang layak dikonsumsi sehari-hari.
Hal di atas tentu tidak lepas dari kerja keras Bulog dalam memperbaiki kualitas logistik mulai dari proses produksi, quality control hingga rebranding produk guna menyediakan bahan pangan yang berkualitas dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat luas.Â
Selain itu Bulog juga telah memiliki sistem yang baik sehingga dapat menentukan harga eceran tertinggi  di bawah harga pasar sehingga berbagai produk "KITA" yang dijual melalui sahabat RPK banyak diminati masyarakat luas. Ketersediaan logistik, keterjangkauan harga dan kemudahan akses yang berpengaruh kuat pada stabilisasi harga sembako di pasaran tentu menjadi pertimbangan konsumen "KITA" di berbagai daerah.Â
Belum lagi kalau masyarakat luas sampai tahu kalau ternyata Bulog juga bermitra dengan petani lokal, salah satunya diwujudkan dengan penandatanganan MOU dengan PT PERTANI (Persero) dalam mengolah gabah atau beras dalam negeri, juga melakukan pelaksanaan pembelian gabah atau beras secara nasional sesuai dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang tertuang dalam Inpres No.5 Tahun 2015.
Tahun lalu saja penyerapan gabah atau beras baik yang melalui melalui petani ataupun melalui mitra-mitra penggilingan mencapai 1.528.723 ton lho! Kalau produk-produk dalam negeri dibranding seapik ini, yakin nggak mau nyobain berasKITA, manisKITA ataupun produk komersial besutan Bulog lainnya? Kalau saya sih YES!
Salam hangat dari Jogja,
-Retno-
Sumber:
Bulog Bangun 50.000 Rumah Pangan Kita se-Indonesia, 2017
Bulog, Rpk dan Stabilisasi Pangan, 2018
Ini Syarat Mendirikan Rumah Pangan Kita dari Bulog, 2016
RPK di DIY Sudah Tembus 1096 Unit, 2018
Tugas Penyerapan Gabah/beras Terus Dilaksanakan, 2017
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI