Bagi ibu, baik laki-laki maupun perempuan punya hak yang sama dalam keluarga. Kalau dapat nasi kenduri misalnya. Sebuah perkedel yang ada di kotak nasi tetap dibagi empat. Satu potong untuk bapak, tiga potong lainnya untuk ibu, saya dan adik. Begitu pula dalam ranah pekerjaan. Kalau ibu sudah masak, anggota keluarga lainnya wajib membantu seperti menyiapkan bumbu, nyapu atau melakukan kegiatan rumah tangga lainnya.
Sayangnya, usai mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan, ibu agak keberatan kalau saya bekerja di luar Pulau Jawa. Alasannya cukup klasik dan terkesan kolot yakni takut kalau saya sampai kekurangan atau sampai kenapa-kenapa di luar sana. Sebuah alasan primitif yang sebenarnya bisa saya debat dengan begitu mudah. Kadang saya berfikir, bisa jadi doa ibu yang menginginkan saya bekerja di daerah yang dekat dengan Jogja merupakan salah satu faktor gagalnya saya ikut beberapa tes kerja dengan area penempatan di luar Pulau Jawa. Pada akhirnya, agar tidak menambah beban pikiran ibu, saya hanya mengambil pekerjaan di sekitar Pulau Jawa saja. Terhitung sejak lulus kuliah, saya hanya mengambil pekerjaan di Jakarta, Solo dan Jogja. Bahkan terhitung sejak 2014 hingga pertengahan tahun 2017 lalu saya bekerja di kota sendiri (Jogja).
***
Kado Terindah dari Ibu
Meski harapan ibu kadang terlihat kurang masuk akal ataupun kurang open mindeddi mata anak, saya begitu yakin dan percaya bahwa sejatinya dibalik harapan "kolot" ibu pasti tersimpan doa terbaik untuk sang buah hati. Mungkin begitu pula dengan harapan ibu yang menginginkan saya bekerja di lokasi yang tidak terlalu jauh dari rumah. Karena itulah dari sekian kado yang pernah saya terima dari ibu, keputusan ibu membolehkan saya mengambil pekerjaan di luar Pulau Jawa ibarat kado terindah di sepanjang tahun 2017 kemarin.
Waktu saya dinyatakan lolos sebuah program live in di daerah untuk berkontribusi dalam pengembangan sektor ekonomi kreatif, ibu tak langsung setuju. Sepengetahuan saya, beliau sempat meminta pendapat dari keluarga dekat mulai dari bapak, adik, om, tante hingga simbah puteri. Dengan berbagai pertimbangan, juga diskusi yang cukup alot dengan saya, sungguh tak dinyana kalau pada akhirnya ibu menyetujui keputusan saya untuk mengambil project live in tersebut.
Doa Antara Jogja, Jakarta dan Banjarmasin
Saat pertama kali datang ke Jakarta, saya belum tahu akan ditugaskan dimana. Waktu itu ada lima area penugasan meliputi Banjarmasin, Banyuwangi, Bojonegoro, Belu dan Toraja Utara. Tak disangka-sangka, saya dan tim kebagian tugas di luar Pulau Jawa, tepatnya di kota seribu sungai, Banjarmasin.
Di bulan ke-4, Oktober 2017 lalu, jadwal penerbangan tim kami berubah dari Jogja - Jakarta - Banjarmasin menjadi Jogja - Jakarta - Jogja - Banjarmasin. Usai merampungkan pekerjaan di Jakarta, beberapa hari kemudian saya terbang lagi ke Jogja. Sesampainya di rumah, barulah saya menanyakan alasan mengapa pagi itu beliau menangis.
"Aku ki ratego nek kowe nganti susah, nduk. Ibu nggunggah ora berarti ngusir kowe seko ngomah. Ibu ming wedi yen genduk nganti telat", begitu katanya sembari menatap saya dalam-dalam.
"Ibu nggak tega kalau lihat kamu susah, nduk. Ibu mbangunin kamu bukan berarti pengen kamu cepet-cepet pergi dari rumah. Ibu cuma takut kalau kamu sampai ketinggalan pesawat", begitu katanya sembari menatap saya dalam-dalam.