Kerugian tersebut didapat dari dari ongkos produksi yang terbilang cukup tinggi. Karena itulah emas aksesori tidak cocok untuk investasi jangka pendek, melainkan cocok untuk investasi dalam jangka panjang. Jika dijual puluhan tahun ke depan, ada kemungkinan harga ongkos produksi emas aksesori dapat tertutupi.
Untuk perbandingan saja, di awal bulan Mei ini, harga 1 gram emas berada di angka Rp 420.000, dengan ongkos produksi setiap gramnya berkisar Rp 100.000, hingga Rp125.000, tergantung kadar emas dalam emas aksesori.
Hitungan kasarnya, harga ongkos produksi setiap gram-nya hampir seperempat dari harga emas murninya sendiri. Jadi memang ada sedikit perbedaan antara investasi emas batangan dengan emas aksesori yang perlu diketahui, apalagi jika Anda berniat untuk berinvestasi emas.
Simbahpun mulai bercerita lagi bahwa beberapa cincin yang ia miliki saat ini dibeli saat harga emas hanya Rp 10.000 untuk setiap gramnya. “Dulu saat masih lajang bulikmu (tantemu) membelikan sebagian besar penghasilannya dengan emas.
Saat itu tante saya berhasil membeli sekian puluh gram emas. Tabungan emas di jaman itu sangat membantu saat bulik membeli tanah yang ditempatinya saat ini".
“Waktu gempa emasnya ada yang hilang nggak mbah?”, tanya saya agak penasaran.
“Untunge emas tiipan bulik ora ilang. Ning nggone simba ono sing ilang”, tuturnya
"Untungnya emas titipan bulik tidak ada yang hilang. hanya saja, emas milik simbah ada yang hilang".
Usut punya usut ternyata tidak hanya emas simbah saja yang hilang. Waktu itu celengan bambu dan simpanan uang simbah di almari juga hilang.
Titipan emas milik tante tidak hilang karena disimpan di dalam jarik yang tertimbun reruntuhan tembok. Tempat yang jarang digunakan untuk menyimpan uang. Tidak hanya itu, separuh anting ibuk saya juga hilang. Hanya menyisakan dompet perhiasannya saja.
“Jangankan emas mbah, orang uang koin pecahan seribu dan lima ratus-an saja juga ikutan hilang, apalagi emas”, timpal saya dengan nada agak kesal mengingat celengan koin saya yang hilang isinya usai gempa.