[caption id="attachment_312458" align="alignnone" width="620" caption="ilustrasi (rumahfilsafat.com)"][/caption]
***
meledak membelalak teriak __Kepada siapa kesejahteraan? __Makan apa kawan di kolong jembatan? __Dimana keadilan? __Dimana keadilan? __Dimanaaaaaaa?
AH! Dunia kau gagu saja Sibuk bersolek menata muka Tanpa lihat rahi jelata
dulu asa janji kau renda berbisik mesra dan kini kau hadirkan nestapa
padamu keadilan tegak kokoh tubuhku beralas sapa kuhentak bumi nusantara dengan lantang ku berkata sampaikan sepucuk kata atas nama keadilan yang durja __ ku kutuk menjadikan sepenggal benci __ hari ini, esok atau sampai nanti
omong kosong itu keadilan janji palsu itu kesejahtraan anak negeri masih bertangisan mengorek sampah mencari makanan Kejam hidup bak di rajam kematian
Tuan, Dimana keadilan?
"Teruntuk para pencari keadilan" "Dan kupersembahkan puisi ini untuk kakek yang kutemui dijalan sewaktu berangkat ngampus hari ini yang berpanasan mengais tumpukan sampah (mencari makanan)"
=====*^*===== Bengkulu, 17 Februaru 2014 Lipul El Pupaka ~ #PenaIlusi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H