Mohon tunggu...
Lipul El Pupaka
Lipul El Pupaka Mohon Tunggu... Wiraswasta - lagi malas malasnya

ini bio belum diisi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[Valentinsiana] Cinta Suci Dikebiri

15 Februari 2014   20:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:47 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

No. 2 Dian Yulia + Lipul El Pupaka

CINTA SUCI DIKEBIRI

*
Naik perlahan
Ke atas dipan
Menghampiri tubuh tengah selimutan
Tak elakkan godaan
Atas hasrat tertahan

Menyingkap penghalang
Membiarkan mata tetap terpejam
Menerjang
Mengerayang
Untuk kenikmatan

Naik turun
Nafas beruntun
Ucapan tak tertuntun
Asalkan jakun berhenti naik turun

Keringat mengucur
Selesai pun lanjut tidur
Acuh akan lawan, langsung terpengkur

Si wanita menatap pasrah
Akan hati yang sudah terbelah
Menatap hampa keluar jendela

Malam ini masih sama
Ia hanya boneka
Pelepas nafsu semata
Tak pernah diajak bicara
Atau ditanya maunya apa

Datang pakai
Tidur,
Belai,
Dengkur,
Selesai.

Menolak,
Diberi talak.

Wanita tak pernah bertanya
Kemana seharian suaminya
Pulang genggam botol vodka
Berterbangan aroma dimana-mana
Bekas rekah bibir di dada
Tak jarang lingerie di mobilnya

Sang wanita tak boleh banyak tanya
Jika tak ingin asbak mendarat di kepalanya
Atau gagang sapu patah di kakinya

Wanita sangat terluka
Laku suami semena-mena
Dia tetap berkata setia
Menahan biduk berumah tangga
Demi benih dalam rahimnya

Niat mulia,
Tak selaras dengan yang diterima

**
Sekarang bulan kesembilan
Suami tak kunjung datang
Sudah menghilang
Mungkin ke dalam hutan
Atau ditelan lautan

Seratus delapan puluh hari
suaminya pergi
tanpa beri sesuap nasi
Padahal Si Kecil telah melihat mentari

Hatinya rindu,
meski terbelit benci.
Hatinya rindu,
meski tersakiti.
Hatinya rindu,
meski sering dicaci-maki.
Hatinya rindu,
meski sering dipukuli,
Hatinya rindu,
walau kadang ingin bunuh diri.

***
Di depan pusara
Si wanita mengusap airmata
Menggengam tangan mungil batita
Suaminya telah tiada

Lama tak datang
Kabar tersiar nyawa merengang
Tewas ditembak orang
Tak jelas juntrungan
Apa sebabnya demikian

Kini jawaban tlah datang
Suaminya tak akan pulang

Wanita tak lantas bersedihan,
Ia menampakan senyum senang,
Bangga bisa berjuang,
Membesarkan Bintang,
Sendirian,
Tanpa tekanan,
Penuh kebebasan,
Tanpa kesakitan.
_________________

Baca Juga : Petapa Cahaya Senja
Sumber gambar : astaga.com

==========*^*==========

Ikuti Berbagai Event Fiksiana Community dengan Bergabung Bersama Kami
Grup Facebook | Twitter | Akun Kompasiana[dot]com

Klik Untuk Membaca Karya Perserta Event Fiksi Valentine Day Lainnya di Fiksiana Community

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun