Sewaktu sekolah, saya memang rajin mengerjakan PR. Tidak pernah melewatkannya dan hampir tidak pernah dihukum guru karena tidak mengerjakan PR.
Tapi, sejujurnya saya akan SANGAT SENANGjika Bapak atau Ibu guru tidak memberikan PR pada saya dan teman-teman.
Kenapa? Karena bikin stres dan terasa dikekang. Apakah hanya saya yang merasakannya atau Anda juga? Berikut saya lampirkan bukti bahwa PR sebenarnya TIDAK MENDIDIK ANAK KITA.
SATU, katanya pr membuat anak memprioritaskan kegiatan sekolah.
Sebuah penelitian mengatakan tiap anak menghabiskan waktunya untuk mengerjakan pr selama 3 sampai 5 jam sehari.
Dan, ini salah satu dampak negatif pr; sumber tekanan sekaligus stres bagi anak.
Anda harus ingat!
Sekolah adalah salah satu tempat untuk menempa diri seseorang. Supaya mereka sadar siapa dirinya, apa kemampuan yang dimiliki. Dan, paham bagaimana cara menggunakan kemampuan tersebut supaya berguna bagi diri sendiri serta sesama.
Sekolah hanya menjadi salah satu tempat. Bukan satu-satunya tempat untuk belajar dan menempa diri.
Jangan anggap kegiatan sekolah adalah dari segalanya.
Setelah pulang sekolah, anak harus bertemu dengan orangtua, saudara dan lingkungan tempat tinggalnya. Hubungan itu sangat perlu dieksplore.
DUA, katanya pr membuat anak lebih bertanggung jawab.
Kalua memang hal ini benar, maka JANGAN PERNAH MENGINGATKAN ANAK ANDA UNTUK MENGERJAKAN PR.
- Nak, ada pr nggak?
- Nak, sudah kerjakan pr belum?
- Nak, jangan lupa cek dulu sebelum tidur siapa tahu ada pr yang belum kamu kerjakan.
Kata siapa pr bisa meningkatkan tanggung jawab anak, kalau tiap hari Anda masih mengingatkan mereka mengerjakan pr?
TIGA, katanya pr membuat anak selalu ingin belajar.
Fakatnya tidak sama sekali. Anak-anak belajar dari pagi sampai dengan sore hari. Berkutat dengan hafalan, materi penuh teori, rumus yang lebih sering disampaikan dengan cara yang membosankan; ceramah.
Sampai di rumah, mereka belum sempat istirahat. Berangkat ke tempat kursus, berkutat lagi dengan pelajaran akademis. Sampai di rumah malam hari, masih harus belajar lagi materi pelajaran untuk esok.
PR tidak meningkatkan keinginan anak untuk belajar. Terlalu banyak PR membuat anak muak dengan kata belajar.
EMPAT, katanya pr membuat anak belajar mengatur waktu
Anak-anak berkutat dengan materi akademis seharian.
- Di sekolah,
- tempat kursus; dan
- di rumah.
Pertanyaannya, bagian yang mana pr bisa membantu anak mengatur waktu? Karena sibuk dengan pelajaran akademis dan tugas rumah, mereka jadi tidak ada kesempatan me time.
Anda sendiri sebagai orangtua kesulitan mendapatkan waktu berkualitas dengan anak. Anda mungkin berdalih, mengerjakan PR Bersama anak bisa dijadikan waktu berkualitas.
Waktu berkualitas bukan untuk membicarakan tugas sekolah. Tapi, untuk berbagi kesulitan, keluahan, membangun karakter, mengobrol santai agar bond makin kuat.
Anda mungkin berdalih, masih ada weekend.
Tunggu, apakah Anda yakin anak-anak saat weekend bersama Anda? Atau mereka malah lebih suka jalan bareng teman-temannya?
Cara melatih anak mengatur waktu adalah membiasakan mereka mengerjakan hal-hal yang bervariasi. Bukan menggelontorkan PR sebanyak mungkin.
LIMA, katanya pr menjadi wadah untuk mengecek pemahaman anak mengenai sebuah materi.
Mengecek pemahaman siswa adalah TUGAS GURU, bukan tugas PR. Guru yang terbiasa memberikan banyak pr untuk muridnya adalah guru yang TIDAK PERCAYA DIRI dengan kemampuannya mengajar.
Buktinya, anak diminta memahami sendiri dengan cara memberikan pr sebanyak mungkin. Kemudian, guru akan memeriksa pr tersebut.
Anak mendapatkan nilai 100, tapi guru tidak tahu apakah PR itu dikerjakan anak sendiri atau;
- dikerjakan anak di tempat kursus dengan bantuan tutor
- dibantu orangtuanya
Apakah ini bisa dikatakan mengukur pemahaman anak terhadap sebuah materi?
PR bukan untuk mengecek pemahaman anak. PR adalah salah satu alat yang bisa digunakan untuk mengukur pemahaman. Yang menentukan anak paham atau tidak adalah guru.
Bukan hasil dari PR!
***Catatan
Well,pr selalu membawa pro dan kontra. Ada yang setuju supaya anak tidak banyak main. Padahal, main sendiri adalah kebutuhan anak.
Ingat! 3 kebutuhan materi pelajaran yang harus diberikan pada anak;
- Kuantitas -- Anak membutuhkan banyak pengetahuan
- Variasi -- Anak membutuhkan pengetahuan yang beragam sebab materi monoton bisa mematikan hasrat belajar
- Kualitas -- Anak membutuhkan pengetahuan dan gaya belajar bermutu. Bukan sekedar buku teks yang penuh teori dan sulit diterapkan di dunia nyata.
Semoga dengan tulisan ini, ada banyak guru yang tak lagi memberikan PR bagi siswanya. Ada banyak orangtua yang tak lagi bertanya sudah kerjakan pr belum?Tapi, semakin banyak orangtua yang bertanya pada anak; main apa tadi? Siapa yang usil dan tengil di sekolah? Jajan apa aja nak hari ini, ibu dibeliin nggak?
Serta, pertanyaan lain yang manis sesuai dengan kekhasan anak kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H