Sehingga, mereka tak perlu mengeluarkan uang untuk fasilitas yang takkan dipakai atau sangat jarang sekali terpakai. Ini mubadzir dan pemborosan.
Lalu, bagaimana dengan homeschooling? Dalam hal biaya homeschooling sangat fleksibel! Kita hanya akan mengeluarkan biaya sesuai dengan fasilitas yang akan dimanfaatkan.
Orangtua sendirilah yang akan menyusun anggaran pendidikan. Jadi, resiko pemborosan biaya bisa direduksi. Nggak ada ceritanya kalau anak berminat dengan musik, tapi diminta untuk beli jas lab!
Perbedaan keempat, penyesuaian kebutuhan
Dalam bahasa Inggris, kita menyebutnya dengan customized. Di sekolah, kita tak bisa melakukan penyesuaian apapun. Semua hal dikondisikan oleh kurikulum dan aturan yang berlaku di sekolah.
Kalau anak tidak berminat dengan matematika, mereka tak bisa melewatkan jam matematika. Mereka tetap wajib menyelesaikan materi pelajaran matematika dan mengikuti syarat Nilai Ketuntasan Minimal.
Homeschooling bebas melakukan penyesuaian. Kalau anak tak memiliki minat matematika, kita bisa mengajarkan dasarnya saja.
Tidak perlu mempelajari rumus-rumus yang di masa depan nanti takkan dimanfaatkan. Kalau nilai matematika selalu jelek, kita tak harus memaksa anak supaya dapat nilai 8 atau 9. Yang penting tahu dasarnya dan anak hanya perlu fokus pada bidang yang sesuai minat serta bakatnya.
Perbedaan kelima, penerapan ilmu
Bagaimana anak-anak kita menghabiskan waktunya di kelas? Hampir 80% kegiatan dilakukan dengan cara duduk, mendengarkan dan mencatat.
Murid sekolah jarang sekali mempraktikkan teori. Yang lebih sering mereka lakukan adalah mengkaji teori, teori dan teori.
Homeschooling membuka kesempatan untuk memperbanyak praktik. Karena ilmu itu memang harus dimanfaatkan dan dipraktikan, bukan sekedar dihafal.
Mempelajari teori memang penting. Karena teori itu sifatnya memperluas wawasan supaya saat praktik tidak menggunakan metode trial and error.