“STOPPPP”, tiba-tiba terdengar suara guntur menggelegar, gelombang suaranya membuat buyar seketika konsentrasi kedua pesilat tanpa tanding, dan juga membuat para penonton terpana. Suara tersebut penuh wibawa, keras terdengar, dan membawa ketenangan. Sesosok tua terlihat melesat ke tengah arena, dan semua orang terpana, SangGuru, ternyata juga hadir di Puncak Maha Rimbani, setelah sekian lama tidak mencampuri dunia persilatan.
“Wahai kisanak, hentikan pertarungan ini!”, kata Sang AdiGuru.. “Mengapa?”, tanya Sa’Yeti dengan penuh tanya. Sementara El DeWolf juga menunjukkan gelagat masih penuh emosi karena uji kedigjayaannya dihentikan sebelum mencapai puncak.
“Lihatlah sekeliling alam Rimbani ini. Keseimbangan alam telah terganggu. Akibat ulah manusia di dunia terran yang membakar lahan gambut, telah merusak harmoni antar dimensi dunia ini. Kabut asap ini dibangkitkan kesetimbangan alam tidak terjaga lagi, walaupun itu terjadi di dimensi yang lain, tetapi masih di dunia yang sama”, demikian SangGuru menjelaskan. “Ingatlah akan hikayat dari leluhur bahwa sepuluh ribu dasawarsa lalu, sang monster Asapi hampir memusnahkan seluruh penduduk dunia Elbaf, namun banyak orang melupakan dan menganggap itu hanya cerita jaman dahulu saja. Namun aku sudah menyelidiki dan melihat ancaman itu menjadi nyata. Marilah kita semua bersatupadu, melawan sang Monster itu bersama-sama. Bilamana Asapi telah menyelimuti puncak gunung Rimbani, dimana sinar rembulan tidak dapat menembusnya, maka itulah akhir dari dunia Elbaf”.
“Bagaimana aku dapat melawannya, wahai SangGuru. Asap tersebut tidak dapat dihalau”, kata El DeWolf.
“Semua dapat diatasi, tetapi kalian berdua harus bekerjasama. Aku sudah terlalu tua untuk itu”.
“Berikan kami petunjuk, wahai Sang Guru”, kata Sa’Yeti.
“Partikel asap misterius dapat diruntuhkan bilamana terkena air. Namun kekeringan telah melanda selama setahun ini. Jadi gunakan ilmu badai gurun saljumu. Arahkan ke atas. Sementara engkau, El DeWolf, gunakan tiupan dengan tenaga raksasamu untuk membuat butir butir es tersebut pecah menjadi hujan. Lihatlah ke tengah bukit, asap hitam semakin pekat melaju kearah puncak gunung. Legenda mengatakan bila mereka berhasil mengelilingi seluruh puncak dengan asap super pekat, maka itulah akhir dunia ini.”
Sa’Yeti, dan El DeWolf saling memandang tajam. Ego untuk menjadi yang nomor satu masih tinggi. Tetapi mereka melihat asap semakin mendekati puncak. Sementara itu terlihat beberapa penduduk berlarian dengan terengah-engah dan melaporkan keluarga mereka di kaki bukit terkena asap dan jatuh tak sadarkan diri, sehingga mereka segera berlari ke puncak untuk meminta pertolongan, karena mengetahui ada perhelatan tokoh sakti di puncak Rimbani.
Melihat situasi semakin genting, tanpa dikomando, Sa’Yeti memusatkan ilmu kanuragannya, dan menciptakan badai gurun salju yang super besar. Tapi badai tersebut hanya bersifat lokal saja, sementara asap semakin mendekati puncak. Rakyat dan penonton semakin gelisah, tidak ada lagi termpat berlindung, mungkin akhir dari hayat mereka ditangan monster asap. Tiba-tiba, El DeWolf, bertransformasi menjadi raksasa, dan dengan sekuat nafas, menhembuskan tiupan udara hangat kearah badai gurun salju yang diciptakan Sa’Yeti. Seketika buliran salju terpencar ke delapan penjuru, dan segera menjadi tumpahan air dari langit. Partikel monster asap seketika luruh larut ke tanah dibawa bersama partikel air.
Perlahan cahaya Chandra berwarna kuning keemasan menyinari puncak Rimbani. Tidak terlihat lagi asap pekat berbau menyengat. Beberapa penduduk yang baru naik segera disambut, mereka tersadar dari pengaruh asap pekat, bersama air hujan yang membasuh tubuh mereka. Para pendekar penonton akhirnya menyematkan gelar tokoh penyelamat bumi pada Sa’Yeti dan El DeWolf. Persahabatan dapat menyelamatkan dunia Elbaf, sementara SangGuru, dengan ilmunya yang sudah Adidaya, Ciptakan perdamaian di dunia Elbaf, diam-diam sudah menghilang, melakukan perenungan dan membagi kisah-kisah inspiratif kepada setiap orang di saat yang tidak terduga.