Di sisi lain, Subak Abian adalah bentuk Subak yang beroperasi di daerah yang lebih tinggi dan memiliki aliran sungai yang lebih rendah. Karena kondisi aliran air yang tidak cukup stabil sepanjang tahun, Subak Abian lebih bergantung pada sistem pengelolaan air yang canggih.Â
Seperti halnya Subak Abian yang berada di Desa Wanagiri, Kec. Selemadeg dan di Desa Gadungan, Kec. Selemadeg Timur. Mereka menggali sumur dan memanfaatkan mata air untuk menyediakan pasokan air yang stabil ke ladang-ladang pertanian mereka.Â
Dalam Subak Abian, petani juga membentuk kelompok (pawongan) yang kuat dan memiliki peran penting dalam menjaga keberlanjutan sistem irigasi. Mereka memiliki budaya yang kuat dalam menjaga kebersihan mata air dan sistem irigasi mereka. Kebersihan mata air dianggap sebagai aspek yang sangat penting dari Subak Abian karena kualitas air berpengaruh langsung pada hasil pertanian atau perkebunan.Â
Dalam hal Pahrayangan, mereka bersama-sama membangun Pura. Tidak hanya itu, setiap 6 bulan atau 1 tahun sekali, mereka merayakan atau memperingati Pujawali, yaitu hari dimana Pura itu dibangun dengan membawa sesajen dan biasanya ada pertunjukan "Kejang Dewa" atau tarian anak kecil yang diiringi dengan alunan dari alat musik gamelan.Â
Dipimpin oleh seorang Kliyan, biasanya para anggota dari organisasi pertanian tersebut melaksanakan sembahyang ke Pura dan menaruh sesajen disaat mulai penanaman dan memanen hasil tanaman.
Meskipun Subak Basah dan Subak Abian memiliki perbedaan dalam pendekatan pengelolaan air dan lokasi geografis mereka, keduanya mencerminkan komitmen yang kuat terhadap keberlanjutan pertanian dan budaya Bali.Â
Keberadaan sistem Subak ini telah membantu menjaga produktivitas ladang-ladang sawah di Tabanan selama berabad-abad. Dalam hal efisiensi, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Subak Basah mengandalkan aliran sungai yang stabil sehingga dapat mencapai hasil yang lebih besar dalam skala produksi, tetapi mereka juga berisiko menghadapi masalah jika ada gangguan aliran air.Â
Di sisi lain, Subak Abian memiliki pengelolaan air yang lebih terkontrol, tetapi skala produksinya mungkin lebih kecil. Kedua jenis Subak ini juga memiliki dampak yang positif dalam menjaga warisan budaya Bali. Mereka mempromosikan nilai-nilai seperti kebersamaan, tanggung jawab sosial, dan keberlanjutan lingkungan. Sistem irigasi Subak juga menciptakan keindahan lanskap pertanian Bali yang menjadi daya tarik wisata utama.
Dalam kesimpulan, perbedaan antara Subak Basah dan Subak Abian di daerah Tabanan, Bali mencerminkan beragam pendekatan dalam mengelola air irigasi yang disesuaikan dengan kondisi geografis dan budaya setempat. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan, tetapi keduanya tetap memainkan peran penting dalam menjaga keberlanjutan pertanian dan budaya Bali yang kaya.Â
Dalam era yang semakin modern, menjaga dan memahami nilai-nilai budaya ini adalah tugas penting yang harus diemban oleh masyarakat Tabanan dan semua pihak yang peduli terhadap kelestarian warisan budaya Bali yang berharga ini.