Mohon tunggu...
Liona Anggie
Liona Anggie Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Malang

Saya seorang mahasiswi Sosiologi dari Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Efisiensi Perbedaan Kebudayaan Petani Daerah Tabanan Bali dalam Subak Basah dan Subak Abian

8 Oktober 2023   18:01 Diperbarui: 2 November 2023   21:30 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pulau Bali, dengan keindahan alamnya yang memukau dan warisan budayanya yang melimpah, telah menjadi destinasi wisata yang terkenal di seluruh dunia. Salah satu aspek penting dari budaya Bali adalah sistem irigasi tradisional yang dikenal dengan nama "Subak." 

Subak adalah sistem irigasi berbasis kebudayaan yang telah ada sejak lebih dari 1.000 tahun yang lalu di Provinsi Bali dan telah diakui oleh UNESCO sejak tahun 2012. 

Subak memainkan peran kunci dalam keberlanjutan pertanian dan budaya Bali, dan dalam daerah Tabanan, Bali, kita dapat menemukan dua jenis Subak yang berbeda, yaitu Subak Basah (sawah) dan Subak Abian (perkebunan).

Subak merupakan sebuah organisasi petani yang berfungsi untuk mengatur penggunaan air irigasi dan pembagian ladang pertanian di wilayah tertentu. Kelompok tani di daerah Bali menerapkan Tri Hita Karana yang terdiri dari pertama, Parahyangan yaitu hubungan yang seimbang antara manusia dengan Tuhan YME. 

Kedua, Pawongan merupakan hubungan yang harmonis antara manusia satu dengan yang lain. Ketiga, Palemahan yang artinya hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya. Subak Basah dan Subak Abian adalah dua bentuk Subak yang beroperasi di Tabanan, dan keduanya memiliki perbedaan yang menarik dalam budaya dan efisiensi sistem irigasinya.

Dok Pribadi
Dok Pribadi

Subak Basah ialah bentuk Subak yang paling umum di Tabanan, Bali, khususnya di Desa Bengkel, Kecamatan Kediri. Dalam Subak Basah, air irigasi dialirkan langsung dari sungai ke ladang-ladang sawah. Sistem ini memanfaatkan aliran air yang stabil sepanjang tahun dari sungai-sungai di daerah tersebut. 

Petani yang tergabung dalam Subak Basah memiliki tanggung jawab untuk menjaga saluran irigasi, memastikan distribusi air yang adil, dan mengatur jadwal penanaman padi. 

Salah satu fitur menarik dari Subak Basah adalah keberadaan "Bale Banjar" atau rumah pertemuan di mana para petani berkumpul untuk berdiskusi tentang pengaturan air dan masalah-masalah pertanian lainnya. 

Di Desa Bengkel juga memiliki Bale Banjar yaitu “Balai Subak Bengkel” yang dipimpin atau dipangku oleh seorang Pekaseh. Hal tersebut mencerminkan budaya partisipatif dan kolaboratif yang kuat di antara petani di Tabanan.

Dok Pribadi
Dok Pribadi

Di sisi lain, Subak Abian adalah bentuk Subak yang beroperasi di daerah yang lebih tinggi dan memiliki aliran sungai yang lebih rendah. Karena kondisi aliran air yang tidak cukup stabil sepanjang tahun, Subak Abian lebih bergantung pada sistem pengelolaan air yang canggih. 

Seperti halnya Subak Abian yang berada di Desa Wanagiri, Kec. Selemadeg dan di Desa Gadungan, Kec. Selemadeg Timur. Mereka menggali sumur dan memanfaatkan mata air untuk menyediakan pasokan air yang stabil ke ladang-ladang pertanian mereka. 

Dalam Subak Abian, petani juga membentuk kelompok (pawongan) yang kuat dan memiliki peran penting dalam menjaga keberlanjutan sistem irigasi. Mereka memiliki budaya yang kuat dalam menjaga kebersihan mata air dan sistem irigasi mereka. Kebersihan mata air dianggap sebagai aspek yang sangat penting dari Subak Abian karena kualitas air berpengaruh langsung pada hasil pertanian atau perkebunan. 

Dalam hal Pahrayangan, mereka bersama-sama membangun Pura. Tidak hanya itu, setiap 6 bulan atau 1 tahun sekali, mereka merayakan atau memperingati Pujawali, yaitu hari dimana Pura itu dibangun dengan membawa sesajen dan biasanya ada pertunjukan "Kejang Dewa" atau tarian anak kecil yang diiringi dengan alunan dari alat musik gamelan. 

Dipimpin oleh seorang Kliyan, biasanya para anggota dari organisasi pertanian tersebut melaksanakan sembahyang ke Pura dan menaruh sesajen disaat mulai penanaman dan memanen hasil tanaman.

Meskipun Subak Basah dan Subak Abian memiliki perbedaan dalam pendekatan pengelolaan air dan lokasi geografis mereka, keduanya mencerminkan komitmen yang kuat terhadap keberlanjutan pertanian dan budaya Bali. 

Keberadaan sistem Subak ini telah membantu menjaga produktivitas ladang-ladang sawah di Tabanan selama berabad-abad. Dalam hal efisiensi, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Subak Basah mengandalkan aliran sungai yang stabil sehingga dapat mencapai hasil yang lebih besar dalam skala produksi, tetapi mereka juga berisiko menghadapi masalah jika ada gangguan aliran air. 

Di sisi lain, Subak Abian memiliki pengelolaan air yang lebih terkontrol, tetapi skala produksinya mungkin lebih kecil. Kedua jenis Subak ini juga memiliki dampak yang positif dalam menjaga warisan budaya Bali. Mereka mempromosikan nilai-nilai seperti kebersamaan, tanggung jawab sosial, dan keberlanjutan lingkungan. Sistem irigasi Subak juga menciptakan keindahan lanskap pertanian Bali yang menjadi daya tarik wisata utama.

Dalam kesimpulan, perbedaan antara Subak Basah dan Subak Abian di daerah Tabanan, Bali mencerminkan beragam pendekatan dalam mengelola air irigasi yang disesuaikan dengan kondisi geografis dan budaya setempat. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan, tetapi keduanya tetap memainkan peran penting dalam menjaga keberlanjutan pertanian dan budaya Bali yang kaya. 

Dalam era yang semakin modern, menjaga dan memahami nilai-nilai budaya ini adalah tugas penting yang harus diemban oleh masyarakat Tabanan dan semua pihak yang peduli terhadap kelestarian warisan budaya Bali yang berharga ini.

Studi tentang perbedaan Subak Basah dan Subak Abiyan yang dilaksanakan oleh kelompok Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa PMM Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dari kelompok 51 skema Mitra Dosen. Tulisan ini, dibuat guna memenuhi tugas laporan dari kegiatan Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) ini adalah untuk mengaplikasikan Hilirasi hasil Penelitian Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun