Meskipun baru baru ini terdapat kelompok yang berusaha menyuarakan dan memprovokasi agar terjadi people power agar menggulingkan pemerintahan, tetapi ajakn itu tidak digubris oleh masyarakat. Mereka sadar bahwa satu satunya jalan untuk memprotes kekuasaan dan menggulingkan pemerintahan perang jadi piliha yang paling akhir.Â
Kita juga patut berterimakasih kepada presiden keempat Indonesia yaitu Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tanpa ada maksud mengkerdilkan presiden presiden lainnya. Bahwa lewat beliau rakyat diajarkan agar tidak mementingkan kekuasaan di atas segala galanya, apalagi sampai menumpahkan darah. Mengingat pelengseran beliaupun sebenarnya kalau mengitup dari beliau maupun dari simpatisan merupakan wujud hitam dari perpolitikan yang ada di Indonesia.Â
Dan harus diakui bahwa setelah lengsernya Pak Harto, maka munculah Soeharto Soeharto kecil yang menjadi musuh beliau. Lewat parlemen beliau dipaksa mundur. Animo rakyat dari berbagai daerah mengumumkan siap mati hanya demi mempertahankan Gus Dur, tetapi apa yang beliau lakukan malah keluar istana presiden dengan kaos oblong dan celana pendek sambil melambaikan tangan ke arah pendukungnya. "Zero Blood" Â tidak ada darah yang tertumpah di hari pelengseran Gus Dur.Â
Inilah yang patut dijadikan pelajaran dan diimplementasikan oleh kaum muda kelak jika mereka memegang jabatan. Budaya kedewasaan berkonflik betul betul dilaksanakan oleh Presiden Ke empat Abdurahman Wahid, dan ini juga menjadi cermin bahwa kedewasaan berkonflik serupa dimiliki oleh seluruh Rakyat Indonesia karena Pemimpin di negeri ini berasal dari rakyat dan perilaku pemimpin seharusnya juga melambangkan budaya rakyat nya khususnya dalam berkonflik.Â
Sekali lagi saya tekankan konflik harus terhindar dari pertumpahan darah, tetapi harus mencari solusi agar tercapainya kestabilan sosial di masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H