Bagi yang merasa tidak pernah melakukan tindakan beresiko, sebaiknya tidak menggunakan fasilitas nir-biaya ini. Meskipun gratis, kesempatan yang diberikan terbatas (baik biaya dari pemerintah, waktu pelayanan klinik, hingga kemampuan dan daya tampung penyedia pelayanan tes HIV/AIDS). Hendaknya diutamakan dan bahkan mengajak kenalan, kerabat, saudara, teman, hingga anggota keluarga yang diketahui pernah melakukan tindakan beresiko untuk memanfaatkan kesempatan ini.
Di mana letak pelayanan nir-biaya ini?
Secara umum, banyak rumah sakit daerah dan swasta, puskesmas, hingga klinik menyediakan layanan bebas biaya bagi uji laboratorium HIV/AIDS. Namun, secara khusus yang saya ketahui, RS Sint. Carolus, di daerah Salemba – Jakarta Pusat, menyediakan layanan yang lengkap. Ruang Carlo (nama tempat pelayanan HIV/AIDS di RS Sint. Carolus) menyediakan tidak hanya layanan tes HIV melainkan juga Sifilis (Raja Singa) yang termasuk kategori Infeksi Menular Seksual (IMS). Alasannya sederhana, HIV dan Sifilis tidak memiliki gejala dini yang dapat diamati dengan mata telanjang. Gejala dan keterjangkitannya hanya bisa diketahui lewat darah. Dengan demikian, ketika diketahui adanya HIV atau pun Sifilis di dalam tubuh pasien, pihak Ruang Carlo dapat memberikan tindak lanjut pengobatan secara cepat.
Bagaimana Mencegahnya?
Setiap pelayanan konsultasi di Ruang Carlo, serta pelayanan kesehatan yang lain, disampaikan lima (5) strategi untuk mencegah terjadinya persebaran HIV/AIDS ke semakin banyak orang.
Pertama, Edukasi. Kita perlu belajar sekaligus mengajarkan orang lain tentang HIV/AIDS. HIV/AIDS dapat dicegah dengan partisipasi aktif dari masyarakat. Kita belajar bukan untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain.
Kedua, Dihindari penggunaan narkoba  jarum suntik. Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya, penggunaan jarum suntik yang sama dapat mengakibatkan pertukaran cairan tubuh sehingga virus HIV dapat menular kepada yang lain.
Ketiga, Cegah dengan kondom. Kondom dapat mencegah terjadinya penularan HIV sehingga para penderita HIV masih dapat melakukan hubungan seksual. Penggunaan kondom hukumnya WAJIB bagi para penderita HIV. Jangan sampai, alasan kenikmatan meniadakan penggunaan kondom. Ingat! Barter antara kenikmatan dengan derita tertular HIV tidak seimbang.
Keempat, Bersikaplah setia. Logikanya, kita saja tidak tahu bagaimana kesehatan atau kebiasaan pasangan (bila belum menikah), apalagi dengan orang banyak. Semakin banyak berhubungan seksual dengan orang lain, semakin besar pula resiko tertular dan menularkan HIV.