1. Lebih Dekat dengan Al-Farabi
Al-Farabi adalah seorang filosof muslim, nama lengkapnya adalah Abu Nashr Muhammad ibn Muhammad ibn Tarkhan ibn al-Uzalagh al Farabi, lahir di kota Farab, tahun 870 M dan wafatnya di Damaskus pada 950 M. Ia berasal dari keluarga tentara keturunan Persia, Al-Farabi memiliki bakat yang luar biasa, ia menguasai sejumlah bahasa seperti bahasa Arab, Persia, Turki, beberapa dialek Asia Tengah dan bahasa daerah lainnya. Al-Farabi belajar logika di Baghdad dari para sarjana Kristen, Yuhanna ibn Hailan (w. 910 ) dan Abu Bisyr Matta (w. 940).
2. Pemikiran Sang Guru Kedua
1. Kesatuan Filsafat (Kebenaran)
Al-Farabi memadukan filsafat Plato dengan filsafat Aristoteles dan serta memadukaan dengan kebenaran filsafat dengan kebenaran agama, menurut Al-Farabi kebenaran hanya satu dan berasal dari sumber yang satu, jika ada perbedaan pandangan itu hanya pada aspek lahirnya, bukanlah hakikinya.
2. Metafisika
Al-Farabi menggambarkan bagaimana hubungan antara yang esa dengan alam yang pluralis melalui dalil-dalil wujud. Ada dua macam wujud yang pertama adalah wajibul wujud (wujud yang ada karena dirinya sendiri), jadi mutlak adanya dan yang kedua adalah mungkinul wujud (yaitu wujud yang adanya disebabkan oleh sesuatu diluar dirinya) artinya bisa mungkin wujud dan mungkin juga tidak.
Filsafat Al-Farabi merupakan perpaduan anatar filsafat Aristoteles dan Ne0-Platonisme dengan pikiran keislaman seperti persoalan ilmu mantiq, filsafat dan fisika, Al-farabi mengikuti Aristoteles, dan persoalan etika dan politik ia mengikuti Plato dan dalam metafisika Al-Farabi mengikuti Plotinus dan Al-Farabi adalah filosof sinkretisme yang percaya akan ketunggalan filsafat.
3. Teori Emanasi
Emanasi adalah teori tentang keluarnya suatu wujud yang mukmin dan zat yang wajibul wujud (Tuhan). Al-Farabi mengemukakan Tuhan adalah akal pikiran yang bukan berupa benda. Proses terjadinya emanasi Al-Farabi menyatakan Tuhan itu esa sama sekali, karena itu yang keluar dari padanya juga satu wujud saja. Sebuah emanasi itu timbul karena pengetahuan Tuhan terhadap zatnya yang satu. Dasarnya emanasi ialah karena dalam pikiran Tuhan dan pemikiran akal-akal terdapat kekuatan emanasi dan penciptaan.
Wujud pertama yang keluar dari Tuhan disebut akal pertama yang mengandung dua segi, yang pertama hakekatnya sendiri dan kedua segi yang lain. Akal pertama inilah yang berpikir tentang diri-Nya, maka keluarlah langit pertama, ketika akal pertama berpikir tentang Tuhan, maka lahirlah akal kedua, dan seterusnya. Teori ini sangat jelas pengaruh dari Plotinus sang pencetus emanasi.