Nanti ketika aku punya seorang anak perempuan,
Akan ku berikan ruang yang amat luas, tempat ia meletakkan impian-impian.
Nanti akan ku ajarinya jika dunia akan memukulnya berkali-kali,
Tepat di muka, di tubuhnya, sampai ke hati.
Anakku akan tahu jika ia tak bisa selamanya bermain di bawah air hujan dan bersenang-senang,
Karena ia akan tumbuh menjadi gadis patah hati yang ketika pakaiannya terbuka sedikit saja, sudah dikata-katai jalang.
Nanti ketika aku punya seorang anak perempuan,
Takkan ku beri dia batasan norma dengan jam-jam malam yang menekan,
Ia boleh berkarya di mana saja, asal tidak sampai menghirup narkoba.
Ia boleh berteman dengan siapa saja, asal tak pernah melukai orang-orang di dekatnya.
Anak perempuanku akan belajar menjadi apa saja,
Ia boleh tidak gemar menulis ataupun membaca.
Ia boleh menggambar dan masuk jurusan-jurusan yang tak pernah diperkirakan orang-orang,
Ia boleh tidak jadi dokter, pengacara atau polisi karena ia punya dua sayap yang terbentang untuk terbang.
Nanti ketika aku punya seorang anak perempuan,
Aku tak akan memaksanya untuk menjadikan ayah atau ibunya sebagai panutan.
Aku akan membebaskan dia berkelana untuk tahu bahwa sebelum dia terlahir,
Puisi ini telah ditulis ketika ibunya bosan bekerja di balik kursi menuruti ritme ibukota yang teramat kikir.
Nanti ia akan membaca ulang seluruh frasa yang di dalamnya mungkin akan tertulis namanya,
Dan menyadari bahwa untuknya, ibunya sudah terlebih dulu bahagia.
Bahagia telah dilahirkan sebagai orang yang bebas,
Tak pernah tertekan pada hal-hal tabu yang teramat bias.
Nanti ketika aku punya seorang anak perempuan,
Aku akan membiarkannya jatuh cinta dengan banyak lelaki untuk kemudian patah hati,
Dan ia akan menyadari sendiri jika tidak ada kata paling bajingan yang dapat diucapkan kecuali pada seoarng laki-laki.
Jiwanya akan banyak menangis, jatuh, dan sakit,
Tapi aku pun tak akan pernah memaksanya untuk segera bangkit.
Aku akan memberi sebuah keberanian padanya agar terus bersuara,
Tak perlu menyembunyikan apa yang ia rasa terlalu lama,
Karena semua akan reda pada waktunya.
Nanti ketika aku punya seorang anak perempuan,
Ya, andai suatu saat aku memiliki seorang anak perempuan,
Biarkan ini menjadi memoar tentang kasih yang tiap malam ia resapi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H