Mohon tunggu...
Lintang Prameswari
Lintang Prameswari Mohon Tunggu... Jurnalis - Content Writer

Bukan penulis, hanya menulis.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Piala Dunia, Lelaki, dan Hobinya

15 Juli 2018   18:44 Diperbarui: 15 Juli 2018   21:26 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Beberapa hari terakhir, dunia sedang diramaikan oleh Sepak Bola. Saya memang bukan penggemar yang sangat menggilai cabang olahraga dengan segala kehebohannya ini. Namun, jika melihat permainannya, banyak sekali pelajaran yang bisa saya ambil.

Sepak bola identik dengan maskulinitas. Oleh karenanya, Piala Dunia identik dengan laki-laki dan hobinya. Saya sebagai seorang perempuan yang hanya bisa mengamati pola itu dengan pemikiran subjektif yang akhirnya dituangkan dalam tulisan ini, hanya ingin bilang: Salut!

Saya memang tidak mengenal siapa itu Messi, kurang paham berada di tim manakah Ronaldo, seberapa cepat Neymar berlari, atau siapa itu Mbappe dengan segala keanehan nama yang terdengar asing di telinga saya. Tetapi yang jelas, saya senang mendengarkan teman-teman lelaki saya yang sering berkumpul dan antusias membicarakan bola, terutama pada perayaan piala dunia kali ini.

Saya sering ikut merasa geram membaca live tweet kawan-kawan yang kecewa karena idolanya gagal mencetak gol, atau karena gawang tim favoritnya bolong dibobol tim lawan. Saya, suka mereka yang sangat antusias membicarakan kegemarannya. Terlepas dari berapa skor yang diperoleh atau berapa kerugian yang harus ditanggung karena kalah taruhan, saya senang menikmati permainan, drama, konflik, dan kerja sama yang luar biasa hebat antar tim, suporter, media, sponsor, serta semua pihak yang ikut tergabung dalam perayaan nan megah ini.

Saya jatuh cinta pada segala keriuhan suasana yang tercipta karena bola. Piala Dunia berhasil membuat saya kagum bahwa persatuan bisa digalakkan kapanpun, di manapun, dengan cara apapun, termasuk dengan Sepak Bola.

Piala Dunia berhasil membius berjuta kalangan dengan euforianya yang menyenangkan. Piala Dunia berhasil membuat saya berpikir bahwa kemenangan tidak melulu harus dicapai dengan persaingan, karena kemenangan adalah sebuah bentuk kolaborasi untuk membentuk persatuan yang damai, terlepas dari urusan politik, ekonomi, sosial, bahkan keyakinan yang seringkali mudah disulut menjadi sebuah topik untuk memecah belah. 

Piala Dunia lebih sering dikaitkan dengan kaum lelaki. Namun, penikmatnya bisa dari berbagai macam kalangan, termasuk perempuan-perempuan yang boleh saja juga ikut bermain, bahkan membentuk tim.

Presiden Kroasia adalah contohnya. Dari negara yang sama sekali tidak diprediksikan akan melenggang sampai final, telah jatuh hati dengan sepak bola, dan beliau adalah seorang perempuan. Namanya pun susah sekali dilafalkan, Kolinda Grabar-Kitarovic. Mari kita panggil saja beliau dengan nama Ibu Linda.

Headline di portal media online diramaikan dengan publik yang salah mengira beliau sebagai model "hot". Ibu Linda ini cerdas dan merakyat sekali. Menurut salah satu berita yang saya baca di portal Liputan6.com, saya mendapat informasi bahwa beliau rela terbang ke Rusia dengan uang pribadi demi melihat tim kesayangannya maju melawan Denmark, bahkan memilih untuk tidak duduk di tribun VVIP karena ingin ikut memberi dukungan bersama rakyatnya, setia bersama tim sepak bola kebanggan ini.

Setelah pertandingan perempatfinal melawan Rusia, Bu Linda memeluk seluruh timnya di ruang ganti, hasil dari nonton televisi kemarin yang memperlihatkan beliau masuk ke dalam untuk memeluk satu-satu anggota tim Kroasia.

Dari sini saya bisa menilai bagaimana Piala Dunia dan sepak bola mampu mempersatukan elemen-elemen kenegaraan, terlepas dari seluruh formalitas protokoler yang seketika ditinggalkan saat menjadi seseorang yang loyal sebagai penikmat bola, pendukung setia. Di sinilah piala dunia mampu menyajikan sisi lain dari dunia yang selama ini dihadapkan pada ketegangan demi ketegangan. 

Source: AZ Quotes
Source: AZ Quotes
Lantas? Apa hubungannya dengan laki-laki dan hobinya?

Begini. Jika boleh jujur, saya lebih senang berdiskusi dengan teman-teman lelaki saya, baik itu tentang olahraga, politik, sastra, ekonomi, atau bahkan hal-hal receh semacam curahan hati atau sekedar meminta saran untuk memotivasi diri saat terpuruk. Saat saya bercerita dengan mereka, saya merasa bahwa masukan-masukan yang diberikan terdengar lebih masuk akal. Ketimbang berdiskusi bersama teman perempuan yang lebih mengutamakan dari hati ke hati, berbincang dengan kaum lelaki memberi keleluasaan pada saya untuk bertukar pikiran, dari kepala ke kepala, yang kemudian menghasilkan sebuah kesimpulan yang rasional.

Lelaki dekat sekali dengan hobi. Setiap berdiskusi, saya selalu meluangkan waktu untuk bertanya apa kesibukan mereka selain nongkrong bersama saya. Dan sebagian besar jawaban yang saya dapatkan selalu melebihi ekspektasi saya. Ada yang tampilannya kinyis-kinyis, klimis, dan sangat rapi, tapi ternyata pekerjaannya berhubungan dengan pekerjaan lapangan, menjadi apa ya istilahnya? Entahlah, yang jelas dia berhubungan erat dengan kapal, serta usaha ekspor-impor. Dan konon katanya, dia hampir tidak pernah masuk ke kantor dan diam di ruangannya yang ber-AC.

Di sisi lain, ada pula teman saya yang menjadi seorang public speaker, sering diundang untuk mengisi acara, menjadi narasumber atau memandu acara (istilahnya nge-MC). Terlepas dari stigma seorang MC laki-laki maskulin dan biasanya bisa dibilang metroseks, teman saya ini jauh sekali dari penampilan macam begitu. Rambutnya lurus agak gondrong, biasa di-poni ke kiri, dan di Instagram-nya, dia lebih sering terlihat jalan-jalan ke pulau-pulau tak terjamah. Kalau ketemu dia pertama kali, mungkin persepsi kalian sama sepertiku, seorang anak nyastra yang kerjaannya jalan-jalan sambil jadi travel blogger.

Kemudian, ada juga teman saya yang senang sekali menggeluti dunia otomotif, berbisnis segala tetek-bengek per-motoran dan per-mobilan, dan sukses menggunakan hasil usaha tersebut untuk jalan-jalan. Ketika ngobrol bersama mereka, saya suka cara mereka menceritakan setiap detail kegiatan yang sedang mereka lakoni.

Atau tak usah jauh-jauh ngomongin soal teman saya, saat berbicara dengan bapak, yang memang kebanyakan lebih sering diam pun, saya tau beliau ini semangat sekali kalau cerita soal hobinya: dunia perburungan dan olahraga voli. Di rumah ada berbagai macam jenis burung yang kalau dijual harganya mulai 100 ribu rupiah hingga lima juta, jenis lovebird yang sangat umum sampai Murai Batu yang paling beliau sayang. Apalagi kalau di tv lagi ada liga voli, dia bisa teriak-teriak sendiri sambil mendukung tim kesayangannya, samator.

Piala Dunia, Laki-laki, dan hobinya jadi saling berkaitan ketika kita berbicara soal persatuan. Jika bersama gerombolan ibu-ibu yang nantinya mungkin saya bisa jadi akan menjadi seperti itu dan ikut meng-ghibah, kita bisa jadi terpecah belah.

Semoga dengan adanya event-event yang mendorong kaum lelaki untuk terus menjalankan hobinya ini bisa menjadi salah satu alternatif agar pertengkaran rumah tangga kita tak melulu soal harta dan orang ketiga (hehe). Dan semoga gairah piala dunia yang melekat dalam diri kaum adam ini bisa menjadi contoh jika suatu saat mak-mak cerdas nan futuristik juga akan mengadakan lomba masak tingkat internasional, yang bisa dilabeli sebagai "Piala Daster" atau apapun itu sebutannya.

Terlepas dari gender, kita semua pasti punya hobi dan passion masing-masing jika memang ingin konsisten dan menjadikannya sebagai sebuah cara untuk maju menghadapi dunia persilatan yang semakin menuntut kita untuk terus bersaing. Mungkin dengan hobi, kita bisa tanamkan arti persatuan dengan saling berkolaborasi, tidak sibuk berkompetisi.

Selamat menyaksikan laga final Prancis vs Kroasia! Mungkin ini bisa jadi bahan pemanasan sambil ngopi cantik agar nanti bisa begadang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun