4. tolomg, maksudnya tolong
5. kirin, maksudnya kirim
6. spevial, maksudnya special
7. konsulnyasi, maksudnya konsultasi
dll.
Dari data di atas sistem keyboard QWERTY dari gawai yang digunakan nampaknya tidak cocok untuk bahasa Indonesia. Dan kalau ditilik sejarahnya, QWERTY yang asalnya dikembangkan oleh C. L. Sholes berdasarkan pengetikan untuk bahasa Inggris. Dan menurut penelitian Jasmine & Casasanto (2012) sistem QWERTY dapat menimbulkan apa yang disebut dengan 'perubahan semantik dalam bahasa'.
Proposisi #2: Sistem keyboard gawai QWERTY perlu disesuaikan terhadap bahasa Indonesia
Untuk menguatkan argumen proposisi #2 ada fenomena yang menguatkan bahwa perlu menyesuaikan QWERTY agar dapat menghindarkan typo masif yang dilakukan masyarakat di Indonesia. Dan aku berasumsi bahwa apabila tidak dilakukan penyesuaian QWERTY yang digunakan pada gawai berbahasa Indonesia kemungkinan perubahan semantik bahasa Indonesia akan lebih cepat prosesnya.
Foto berikut menunjukkan betapa masifnya penggunaan gawai di tengah masyarakat kita. Foto diambil dari beberapa sudut kota Pontianak dimana masyarakat disana sudah menjadikan gawai sebagai kebutuhan komunikasi mereka sehari-hari. Di kedai kopi yang sederhana sekalipun sebagaimana ditunjukkan foto, Obrolan suara bergeser ke obrolan 'jari-jemari'.
[caption id="attachment_348375" align="alignnone" width="864" caption="Salah satu kedai kopi malam hari di sudut kota Pontianak dipenuhi oleh masyarakat dengan laptop dan gawai memanfaatkan hotspot yang disediakan di Kedai"]
[caption id="attachment_348376" align="alignnone" width="832" caption="Di siang hari, kedai kopi pinggir sungai di Pontianak penuh dengan muda-mudi bergawai-ria"]