Dirinya juga ingin hidup tenang bersama keluarganya. Di akhir hayatnya beliau memilih pindah ke Malang untuk menghilangkan idenstitas siapa dirinya.
Kini pihak Pemerintah Kota Malang berusaha tetap merawat jejak Tante Dolly di peristirahatan terakhirnya.
Menggali Jejak Tokoh Freemason, Dr. P. A. A. F Eyken
Aku menatap sebuah batu nisan berbahan granit, hampir sama dengan makam lainnya. Hanya saja aku sejenak terpaku pada simbol yang tak asing bagiku. Simbol jangka dan mistar siku, simbol organisasi Freemason.
Apakah aku kaget? Sebenarnya ngga, karena saat mengikuti Jelajah Malang sebelumnya, mba Dini (tour guide saat itu) juga menjelaskan kalau sebenarnya di Malang banyak jejak-jejak Freemason. Organisasi rahasia ini memang kabarnya memiliki anggota tersebar di seluruh dunia, termasuk kota ini.
Memang Freemason selalu dianggap punya kedekatan dengan Illuminati dan tak sedikit yang menganggap oraganisasi ini sebagai pemuja setan.
Padahal anggota Fremason sendiri sebenarnya orang-orang penting yang sangat pintar, pejabat dunia, ilmuwam, dokter, hingga insinyur. Namun sangat tertutup yang bikin orang-orang makin kepo karena serba rahasia.
Kabarnya, pelukis ternama Raden Saleh dan cendekia Ki Hajar Dewantara juga anggota organisasi rahasia ini.
Simbol Freemason ini terpampang jelas pada nisan Dr. Eyken yang letaknya di Blok D. Dr. Eyken diberitakan pernah mendapatkan penghargaan yang diberikan Dinas Kesehatan Masyarakat pada 31 Oktober 1913 karena melakukan penelitian pemurnian biologi di Kebun Botani Bogor.
Berita kematian sang Apoteker ini juga dimuat dalam surat kabar Soerabaijasch Handelsblad. Jasa-jasa beliau tersemat dan tak terlupakan.
Dr. Eyken juga memiliki istri yang disemayamkan bersebelahan dengannya. Makam istrinya memperlihatkan simbol daun Akasia yang melambangkan immortality of soul, atau keabadian.