Di sini aku bisa melihat lebih dari 200 makam orang Eropa yang dikebumikan pada masa itu. Namun banyak juga yang belum diketahui siapa saja dan bagaimana riwayatnya.
Pendiri Sekolah Balewiyata, Dr. B. M. Schuurman
"Mati dipenjara karena menyebarkan injil."
Schuurman adalah salah satu tokoh yang membidani lahirnya Balewiyata pada 1927. Dr. B. M. Schuurman sangat mencintai tradisi dan kebudayaan Jawa. Kecintaan beliau ini dituangkan dalam buku yang berjudul "Pambijake Kekeraning Ngaurip".
Namun buku ini juga yang bertanggung jawab atas dipenjarakannya beliau karena dianggap telah melakukan provokasi kepada pribumi untuk melakukan perlawanan pada Jepang.
Pambijake Kekeraning Ngaurip atau Penyingkapan Rahasia Kehidupan berisi dogmatika berpola pikir Jawa. Buku ini sangat luwes mengawinkan pandangan Jawa dengan Teologi Kristen. Agaknya Jepang kelabakan mengira buku ini merupakan dokumen rahasia pemerintahan Belanda.
Dr. B. M. Schuurman sakit dan meninggal di penjara. Jasadnya dipindahkan diam-diam ke Makam Londho, pemakamannya sangat sepi, dan begitu khidmat. Penuh air mata.
Ziarah Makam Tante Dolly, Pendiri Lokalisasi Tersohor Surabaya
Tahun 2014 silam, lokalisasi Dolly resmi ditutup oleh Pemkot Surabaya. Lokalisasi yang berada di Jalan Kupang Gunung Timur I ini dulunya didirikan Dolira Advonso Chavid. Beliau lebih terkenal dengan sebutan Tante Dolly.
Aku tak menyangka, seseorang yang kondang di kota sebelah ternyata pusaranya ada di sini. Masih berdiri kokoh, maupun tak nampak semewah komplek lokalisasi atau makam orang kaya lainnya.
Bu Hariani menyebutkan bahwa pada akhir hayatnya, Tante Dolly sudah ngga ingin lagi dihubungkan dengan bisnis prostitusi yang dibangunnya. Karenanya, beliau memilih pindah ke Malang agar menjalani sisa hidupnya sebagai manusia normal.