Laporan kasus diagnose sementara BEF yang diunduh dari Isikhnas dari Januari 2019 hingga Februari 2020 di kabupaten Pring Sewu sebanyak 471 kasus. Populasi sapi di kabupaten tersebut adalah 12000 ekor, sehingga prevalensi kasusnya sebesar 3,9%. Jumlah sapi yang mati karena dilakukan potong paksa sebanyak 2 ekor sehingga Case fatality rate 0.4%.Â
Diagnose sementara BEF dalam laporan Isikhnas seluruhnya ditandai dengan gejala klinis demam diikuti gejala lainya anoreksia, hipersalivasi, sempoyongan (inkoordinasi), nasal discharge, pincang, lemah, ambruk serta tremor. Distribusi kasus BEF di Pring Sewu menyebar di 8 kecamatan. Kecamatan Pagelaran merupakan kecamatan tertinggi kasus BEF pada sapi potong. Kecamatan ini memiliki populasi sapi tertinggi di Pring Sewu.Â
Bias data dimungkinkan terjadi di lapangan terutama keaktifan petugas melaporkan kasus di kecamatan masing masing ke Isikhnas. Prevalensi kasus BEF yang rendah bisa bermakna kasusnya sedikit (riil) dan kasus banyak tidak terlaporkan (bias). Distribusi kejadian BEF masing masing kecamatan di Pring Sewu.Â
Kasus penyakit BEF di Kabupaten Pring Sewu dengan prevalensi 4.2%, Case fatality rate 0.4%, terdistribusi berbeda di masing masing kecamatan, dan merupakan penyakit murni BEF tanpa infeksi sekunder septicaemia epizootica atau bovine viral diarrhea. Pencegahan penyakit seharusnya dapat dilakukan sebelum kasus puncak melalui program surveilans seroprevalensi, kebijakan program vaksinasi, fogging, dan penanganan kasusÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H