"Sering kontak dengan Bam sepupumu ?"
Tak ada jawaban dan hingga larut pesan itu tidak terbaca. Tiga hari e-mailnya kembali bungkam. Aning lebih suka menggunakan e-mail daripada WA. Sia-sia puluhan kali kemalasanku kusingkirkan hanya untuk membuka e-mail, dan berhitung mungkin ada celotehannya yang lain. Seperti kerlingannya semasa ketrampilan bersama dulu. Dialah satu-satunya anak perempuan yang ikut kegiatan elektronika..... Sementara WA-pun sepiÂ
"Liiin..... tang,"Â
Hanya sapaan itu di messenger....dan stiker gadis lucu.
Kertas draft Tesis mahasiswa kutanggalkan. Ingatanku sembab. Waktu kembali berputar di lorong-lorong semasa sekolah. Seruan itu identik dengan penghuni bangku tengah di kelas pojokan. Di ujung jendela, di mana PR matematika bukan lagi momok hanya karena di suruh keluar atau  ditampar guru gara-gara tidak mengerjakan.Â
Yang ku tahu senyummu mekar dan tawamu nggligis. Itu jelas kamu. Yang menunggu berminggu-minggu hanya untuk menggangguku.Â
"Apa kabar ? Lama nggak bisa silaturahmi," balasku. Seperti purnama yang tumbuh sebelum waktunya.
"Heeh... Lin...he...he. Boleh nggak yang dulu kuhapus ?"Â
"Aning ini ngomongin apa ? "Â
Lalu di ruang chatting tertulis bait lagu Â
"Bintang kecil di langit yang tinggi, amat banyak menghias angkasa, aku ingin terbang dan menari, jauh tinggi ke tempat kau berada"Â