Apa maksud dari emosi? Emosi yang dimaksud adalah terlalu bersemangat dalam menjalankan ajaran agama, seringkali hal tersebut membuatnya mudah tersinggung dengan prinsip dan keyakinan orang lain. Misal, ada seseorang yang terlalu semangat dalam mengamalkan ajaran agama, ia melakukan puasa dan saat berbuka ia melebihkan waktu berbuka, atau memundurkan waktu berbuka. Maka itu tidak baik.
Ada seseorang yang mengamalkan ajaran agama dengan maksimal dan sampai pada puncaknya. Ada seseorang yang mengamalkan ajaran agama dengan sedang, ditengah-tengah. Dan adapula yang mengamalkan ajaran agama secara minimalis. Maka bisa jadi, orang yang mengamalkan ajaran agama dengan maksimal itu akan menuduh orang yang mengamalkan ajaran agama secara minimalis itu tidak benar, tidak beragama dengan baik, dll.
Contoh lain, seseorang yang mneggunakan celana cingkrang, bercadar dan berjenggot, mereka dituduh tidak benar, teroris dan sebagainya. Sebagai muslim yang moderat, ia tidak akan mengatakan hal-hal yang disorong oleh emosi dalam beragama. Maka, peliharalah emosi keagamaan, karena emosi keagamaan bisa menjadikan seseorang melanggar agama yang diyakininya.
Ada seseorang yang emosinya meluap dan memaki-maki yang lain, yang oleh agama dilarang untuk dimaki walaupun dia salah. Jangan memaki sembahan-sembahan yang lain, meskipun hal itu salah. Jangan panggil orang-orang itu dengan panggilan-panggilan tidak seperti ajaran agama.
3. Berhati-hati
Dalam menggoda manusia, syaitan selalu membuat manusia rugi atau mebuatnya tidak untung. Misal, ketika seseorang melaksanakan sholat, syaitan menggoda dengan “jangan laksanakan sholat fardlu”, dalam hati anda mungkin berkata, “tidak, ini wajib dilaksanakan.” Maka syaitan akan menurunkan godaannya, “tak usah laksanakan sholat sunnah”, dan apabila seseorang tersebut tidak melaksanakannya, maka ia sudah rugi.
Begitulah syaitan, tidak ada satupun kegiatan positif yang syaitan tidak datang kepada manusia. Syaitan akan datang kepada manusia dan memintanya untuk melebihkan atau mengurangi, sehingga hal tersebut tidak lagi wasathiyah. Maka dari itu, seorang muslim haruslah berhati-hati agar ia dapat menerapkan wasathiyah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H