Mohon tunggu...
Lintang A
Lintang A Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Ngaji, Belajar, Ngabdi!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Islam Wasathiyah, Moderasi Beragama Menurut Prof. Quraish Shihab

25 November 2020   10:25 Diperbarui: 25 November 2020   10:39 1565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa maksud dari emosi? Emosi yang dimaksud adalah terlalu bersemangat dalam menjalankan ajaran agama, seringkali hal tersebut membuatnya mudah tersinggung dengan prinsip dan keyakinan orang lain. Misal, ada seseorang yang terlalu semangat dalam mengamalkan ajaran agama, ia melakukan puasa dan saat berbuka ia melebihkan waktu berbuka, atau memundurkan waktu berbuka. Maka itu tidak baik.

Ada seseorang yang mengamalkan ajaran agama dengan maksimal dan sampai pada puncaknya. Ada seseorang yang mengamalkan ajaran agama dengan sedang, ditengah-tengah. Dan adapula yang mengamalkan ajaran agama secara minimalis. Maka bisa jadi, orang yang mengamalkan ajaran agama dengan maksimal itu akan menuduh orang yang mengamalkan ajaran agama secara minimalis itu tidak benar, tidak beragama dengan baik, dll.

Contoh lain, seseorang yang mneggunakan celana cingkrang, bercadar dan berjenggot, mereka dituduh tidak benar, teroris  dan sebagainya. Sebagai muslim yang moderat, ia tidak akan mengatakan hal-hal yang disorong oleh emosi dalam beragama. Maka, peliharalah emosi keagamaan, karena emosi keagamaan bisa menjadikan seseorang melanggar agama yang diyakininya.

Ada seseorang yang emosinya meluap dan memaki-maki yang lain, yang oleh agama dilarang untuk dimaki walaupun dia salah. Jangan memaki sembahan-sembahan yang lain, meskipun hal itu salah. Jangan panggil orang-orang itu dengan panggilan-panggilan tidak seperti ajaran agama.

3. Berhati-hati

Dalam menggoda manusia, syaitan selalu membuat manusia rugi atau mebuatnya tidak untung. Misal, ketika seseorang melaksanakan sholat, syaitan menggoda dengan “jangan laksanakan sholat fardlu”, dalam hati anda mungkin berkata, “tidak, ini wajib dilaksanakan.” Maka syaitan akan menurunkan godaannya, “tak usah laksanakan sholat sunnah”, dan apabila seseorang tersebut tidak melaksanakannya, maka ia sudah rugi.

Begitulah syaitan, tidak ada satupun kegiatan positif yang syaitan tidak datang kepada manusia. Syaitan akan datang kepada manusia dan memintanya untuk melebihkan atau mengurangi, sehingga hal tersebut tidak lagi wasathiyah. Maka dari itu, seorang muslim haruslah berhati-hati agar ia dapat menerapkan wasathiyah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun