Mohon tunggu...
Lintang Aji Yoga Pratama
Lintang Aji Yoga Pratama Mohon Tunggu... Programmer - Mahasiswa di UIN Walisongo Semarang

Just a kid that want to share their knowledge.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Rich Dad Poor Dad: Perbedaan Mindset Orang Miskin dan Orang Kaya dalam Melihat Uang

24 Mei 2021   19:20 Diperbarui: 24 Mei 2021   19:30 3133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Orang miskin dan kelas menengah bekerja untuk uang. Orang kaya tidak bekerja untuk uang, mereka membuat uang bekerja untuk mereka." (halaman 11)

Begitulah sambutan yang kita dapat saat membaca buku international best seller karya Robert Kiyosaki yang berjudul "Rich Dad Poor Dad". Buku ini memberikan pengetahuan tentang bagaimana perbedaaan tentang pemikiran antara Ayah Kaya dan Ayah Miskin yang sangat berbeda dalam perihal keuangan. 

Buku ini dimulai dengan menceritakan keinginan Robert dan temannya Mike yang sangat ingin menjadi kaya di usia mereka yang masih sembilan tahun. Hal tersebut didasari oleh kecemburuan mereka terhadap teman-teman mereka yang hidup di dalam kekayaan. 

Teman-teman Robert dan Mike dapat dengan mudah membeli semua barang-barang baru dan serba bagus, pergi berlibur ke Hawaii bersama dengan orang tua mereka yang kaya raya, sedangkan Robert dan Mike hanya memiliki barang-barang seadanya yang dibelikan oleh orang tua mereka.

Robert Kiyosaki adalah seorang pengusaha, investor, financial planner, sekaligus penulis. Ia menyatakan bahwa kedua ayahnya berperan kuat memengaruhi pemikirannya melihat uang.  

Robert memiliki dua orang ayah yang memiliki latar belakang dan pemikiran yang berbeda. Ayah pertama disebutnya sebagai Ayah Miskin (Poor Dad) yang merupakan ayah kandungnya. 

Ayah Miskin memiliki gelar Ph.D. dan bekerja di kantor pemerintahan. Ia memiliki gaji yang besar namun memiliki kesulitan financial. Sedangkan yang kedua dipanggilnya sebagai Ayah Kaya (Rich Dad), yang merupakan ayah dari temannya, Mike. 

Tidak seperti Ayah Miskin, Ayah Kaya tidak memiliki gelar yang tinggi namun ia memiliki perusahaan bisnis besar di bidang konstruksi dan retail. Walaupun begitu, Ayah Kaya hanya tinggal di rumahnya yang kecil, sederhana, dan cukup kotor karena sering didatangi karyawan konstruksinya. 

Dengan lingkungan yang dianggapnya 'sempurna' karena dapat melihat dua sudut pandang ayahnya dalam pemikiran mereka tentang uang--dari sudut pandang orang kaya dan sudut pandang orang miskin dalam melihat uang.

Berikut ini merupakan beberapa poin penting yang dapat diambil dari buku ini.

1. Orang Kaya Tidak Bekerja untuk Uang

Ayah Miskin bekerja untuk uang, ia pikir dengan memiliki gaji yang tinggi dan banyak akan memecahkan masalah keuangan mereka. Ayah Miskin hidup dalam ketakutan dan ketamakan, rasa takutlah yang membuat orang terus bekerja, takut tidak punya uang, takut tidak dapat membayar tagihan, takut dipecat. Ia akan bangun setiap paginya, bekerja, menerima upah, membayar tagihan, begitulah seterusnya, Ayah Kaya menyebut hal itu sebagai 'Perangkap Tikus' yang harus dihindari. Ayah Miskin hanya ingin merasa aman, memiliki pekerjaan yang terjamin, dan gaji bagus. Namun, ia tidak akan pernah cukup.

Sedangkan Ayah Kaya memiliki pemikiran bahwa ia akan bekerja untuk membangun aset dan akan membuat aset tersebut bekerja untuknya. Jika Ayah Miskin menganggap bahwa rumah adalah suatu investasi dan aset terbesar mereka, Ayah Kaya berpikiran sebaliknya, bagi Ayah Kaya "Rumah saya adalah liabilitas/hutang, dan kalau rumahmu adalah investasi terbesarmu, kau ada dalam masalah."

2. Bukan Tentang Seberapa Banyak Uang yang Dihasilkan, Tapi Seberapa Banyak Uang yang Dapat Disimpan

Ayah Miskin berpendapat bahwa untuk mendapatkan uang ia harus belajar dengan tekun, mendapat nilai yang bagus, mendapat pekerjaan, dan bekerja keras dalam pekerjaan tersebut. Namun, hal tersebut tidak cukup tanpa adanya pengaturan keuangan yang baik. Tanpa adanya pengaturan yang baik, uang yang setiap hari dicari akan selalu habis dan tidak akan menghasilkan apapun di masa depan. 

Menurut Ayah Kaya, kuncinya adalah dengan mempelajari perbedaan antara aset dan kewajiban (biaya cicilan, sewa rumah, dan sejenisnya yang bersifat wajib) yang kita miliki. Setelah memahami apa perbedaannya, langkah selanjutnya adalah memperbaiki tabungan kita dan pastikan bahwa uang yang keluar tidak lebih banyak dari uang yang masuk. 

3. Jangan Menghindari Kegagalan

Ayah Kaya menyatakan, "Kebanyakan orang tidak pernah menang karena mereka takut kalah atau gagal. Padahal, jika kamu mengamati bagaimana manusia bisa belajar, manusia akan belajar dari berbuat kesalahan. Kita belajar berjalan dengan terjatuh. Jika kita tidak pernah jatuh, kita tidak akan pernah bisa berjalan." Hal tersebut berlaku pula dalam kesuksesan, di mana kegagalan pasti menjadi bagian di dalamnya. 

4. Bekerja untuk Belajar, Bukan untuk Uang

Ayah Kaya mengajarkan kepada Robert bahwa hal terpenting dalah bekerja adalah tentang belajar hal baru, bukan uang. Pelajari bagaimana cara berbisnis dengan baik, bagaimana cara menjalankan suatu perusahaan dengan baik, hal-hal tersebut amat sangat berharga untuk membangun bisnis di bawah benderamu sendiri.

Selain hal-hal penting di atas, berikut ini adalah beberapa mindset lain yang membedakan antara Ayah Kaya dan Ayah Miskin.

1. Ayah Kaya berpandangan bahwa cinta akan uang adalah akar segala kejahatan, sedangkan Ayah Kaya berpandangan bahwa kekurangan uang adalah akar dari segala kejahatan.

2. Ayah Miskin selalu berpendapat bahwa ia tidak mampu membeli sesuatu, sedangkan Ayah Kaya berpikir tentang bagaimana cara dia untuk dapat membelinya.

3. Ayah Miskin belajar dengan giat agar bisa menemukan perusahaan yang bagus sebagai tempat bekerja, sedangkan Ayah Kaya belajar dengan giia agar bisa menemukan perusahaan yang bagus untuk dibelinya.

4. Ayah Miskin beralasan bahwa ia tidak dapat menjadi kaya karena ia memiliki anak-anak sebagai tanggung jawabnya, sedangkan Ayah Kaya berpandangan bahwa ia harus menjadi kaya karena ia memiliki tanggung jawab yang besar untuk anak-anaknya.

5. Ayah Miskin berkata bahwa ia harus bermain aman dalam hal keuangan dan jauhi segala risiko, sedangkan Ayah Kaya akan belajar untuk mengelola risiko.

Kembali ke cerita Robert dan Mike kecil, akhirnya mereka memutuskan untuk mengikuti jejak si Ayah Kaya daripada Ayah kandungnya yang berpendidikan tinggi. Robert dan Mike kemudian meminta Ayah Kaya untuk mengajarkan mereka tentang mengelola financial sejak umur mereka baru menginjak 9 tahun.

"Menjadi produk dua ayah yang kuat dan berpengaruh memberi saya kesempatan yang mewah untuk mengamati pengaruh pikiran yang berbeda pada hidup seseorang. Saya memperhatikan bahwa orang benar-benar membentuk hidup mereka lewat pikiran mereka. Sebagai contoh, Ayah Miskin selalu barkata, 'Saya tidak akan pernah kaya.' Ramalan itu menjadi kenyataan. Ayah Kaya, sebaliknya, selalu menganggap dirinya kaya. Dia mengatakan hal-hal seperti. 'Saya orang yang kaya, dan orang kaya tidak melakukan hal ini'" (halaman 5)

Nah, sekarang bagaimana? Apakah kamu siap untuk mengubah mindset-mu menjadi seperti Ayah Kaya dalam melihat masalah finansial?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun