Mohon tunggu...
Lino Fitriano
Lino Fitriano Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

olahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bahasa Indonesia: Jembatan Komunikasi dalam Bimbingan dan Konseling

27 Maret 2024   22:54 Diperbarui: 27 Maret 2024   22:57 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendahuluan

Pada saat seseorang berkomunikasi maka terjadilah komunikasi yang melibatkan suatu media yang disebut bahasa agar orang tersebut dapat menerima pesan dari komunikasi yang telah berlangsung. Bahasa muncul sebagai hasil interaksi yang saling dipahami, sehingga bahasa lebih mudah dipahami bila muncul dari kehidupan sehari-hari. Hal ini menciptakan konstruksi mental yang melaluinya orang secara aktif menggunakan pengalaman mereka melalui bahasa dan keyakinan untuk menciptakan realitas yang sesuai dengan realitas orang lain (Mahoney, 2004).

Bahasa yang lahir dari interaksi manusia memberi makna bahwa hubungan antara bahasadan budaya mempunyai pengaruh terhadap\kebiasaan berpikir individu. Hal ini dikarenakan bahasa merupakan sarana untuk mengungkapkan pikiran, sehingga seseorang dapat melihat cerminan diri individu dalam perilakunya (Whorf, 1944).

Pendidikan merupakan pekerjaan normatif yang bertanggung jawab terhadap diri sendiri, sekaligus bimbingan dan konseling yang bertujuan untuk mengembangkan potensi diri anak didik secara optimal. Untuk mencapai hal tersebut, konselor harus memahami cara klien memandang dunia, budayanya dan cara klien berbicara mengenai masalah (Young, 2013), bahasa merupakan senjata yang digunakan konselor untuk membangun hubungan dan mengintervensi perilaku konseli.

Konselor juga diharapkan memiliki keterampilan dalam menanggapi pernyataan supervisi sehingga yang disupervisi dapat memperoleh kejelasan, pemahaman dan solusi permasalahan (Adiputra dan Saputra, 2015). Oleh karena itu, perlu adanya komunikasi yang efektif antara supervisor dan supervisi dengan bahasa yang sesuai dengan situasi pendidikan, agar pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling berjalan lancer.

Isi

Bahasa merupakan alat komunikasi sosial yang berupa suatu sistem lambang bunyi yang dihasilkan dari ucapan manusia. Simbol suara menghasilkan makna (Frege, 1892; Russell, 1905, 1910). Makna bahasa inilah yang mendasari filosofi bahasa, sehingga ketika seseorang berbicara, ia menyampaikan makna yang dimaksudkan kepada penerimanya.

Dari sudut pandang sosial, manusia memerlukan kesempatan untuk berkomunikasi dengan individu lain dalam masyarakat (Keraf, 1997). Komunikasi sosial memerlukan alat komunikasi yang disebut bahasa, sehingga bahasa dipandang dari sudut pandang sosial sebagai alat komunikasi. Setiap lapisan masyarakat mempunyai bahasa yang berbeda-beda dan gaya bahasa yang berbeda-beda yang menjadi ciri identitas lingkungannya, seperti lingkungan budaya Yogyakarta dengan lingkungannya yang lemah lembut dan santun, yang juga memiliki bahasa dan gaya yang lemah lembut dan santun. berbeda dengan lingkungan Sumatera yang cenderung berbicara dan menyajikan gaya bahasa dengan suara yang lebih tinggi.

Hal ini didukung oleh teori gramatikal yang menjelaskan bahwa bahasa merupakan hasil proses adaptif (Evans dan Levinson 2009; Van Valin ). dan Robert, 2001). Dalam proses adaptasi ini, tata bahasa "diadaptasi" untuk memenuhi kebutuhan komunikatif penggunanya.

Bahasa sebagai sistem komunikasi dapat membuat orang saling memahami sehingga orang dapat bekerja sama (Evans dan Levinson 2009; Van Valin dan Robert, 2001) . Fungsi sosial bahasa memungkinkan penggunanya untuk mengekspresikan diri dan memanipulasi objek-objek yang ada di lingkungannya, sehingga bahasa dianggap sebagai sarana ekspresi diri (Lado, 1964).

Bahasa merupakan sarana berpikir dan berkomunikasi bagi individu, sehingga keterampilan komunikasi dapat . diartikan sebagai kemampuan menggunakan bahasa yang berkaitan dengan karakteristik individu. Seringkali kita bisa memahami seseorang dari cara mereka berbicara. Jika seseorang dapat mengidentifikasi dan mengorganisasikan pikirannya kemudian memilih kata-kata yang tepat, menyusun kata-kata dengan benar dan membuat kalimat, maka ia termasuk orang yang cerdas. Ini adalah proses mekanis yang bekerja secara otomatis dan simultan dalam penggunaan bahasa reflektif individu (Aksan, 1990).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun