Mohon tunggu...
Linna Mahpuzah
Linna Mahpuzah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Biografi Aristoteles

10 Oktober 2024   15:34 Diperbarui: 10 Oktober 2024   15:36 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Logika Aristoteles merupakan suatu sistem penalaran deduktif (deduktif) yang masih dianggap sebagai dasar semua kelas logika formal. Aristoteles (384-322 SM) mengartikan logika sebagai ilmu tentang hukum-hukum berpikir untuk melindungi pemikiran dari kemungkinan kesalahan. Logika merupakan ilmu baru pada saat itu dan disebut ``analisis'' dan ``dialektika.'' Kumpulan karya Aristoteles tentang logika disebut Organon.(Sobur, Ushuluddin, & Sts, 2015)

Organon merupakan karya Aristoteles yang memuat kumpulan karya yang membahas tentang kategori, penafsiran, analisis dasar, analisis lebih lanjut, tema atau dialektika, dan sanggahan terhadap argumen Sofis. Dalam konteks kategori, Aristoteles menguraikan sepuluh kategori yang membangun pemikiran atau logika dialektis: substansi, kuantitas, kualitas, relasi, tempat, waktu, posisi, keadaan, tindakan, dan keinginan. 5 Karya Aristoteles Organon merupakan karya para pemikir Islam khususnya Organon yang didalamnya terdapat kategori, interpretasi, analisis dasar, analisis lanjutan, dialektika, sanggahan, retorika dan puisi. Lebih jauh lagi, logika Aristoteles telah mempengaruhi pemikiran manusia selama lebih dari 2000 tahun dan terus berkembang hingga saat ini.(Veranita Indah & Mutahirah, 2023).

Pada masa Aristoteles, logika masih disebut analitik, yang khusus menguji berbagai argumen berdasarkan proposisi yang benar, dan dialektika, yang khusus menguji argumen berdasarkan proposisi yang masih diragukan benar atau salahnya. Hakikat logika Aristotelian adalah silogisme.(Sobur et al., 2015)

Silogisme disebut juga kaidah berpikir atau berpikir silogistik..(Veranita Indah & Mutahirah, 2023) Dia juga mengembangkan aturan untuk inferensi berantai yang, jika diikuti, tidak akan menghasilkan kesimpulan yang salah jika premisnya benar. Lebih jauh lagi, premis-premis dalam logika harus berupa pernyataan-pernyataan yang benar, mayor, dan perlu.

Aristoteles berkontribusi pada bidang metafisika, fisika, etika, politik, kedokteran, dan ilmu alam. Di bidang ilmu pengetahuan alam, ia adalah orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies hidup secara sistematis. Namun dalam bidang politik, Aristoteles berpendapat bahwa bentuk pemerintahan yang ideal adalah kombinasi demokrasi dan monarki. Kontribusinya yang paling penting adalah pertanyaan-pertanyaan logika dan teologi (metafisika). Logika Aristoteles merupakan suatu sistem penalaran deduktif (deduktif) yang masih dianggap sebagai dasar semua kelas logika formal. Namun, ia juga menyadari pentingnya observasi, eksperimen, dan penalaran induktif dalam penelitian ilmiah. Logika yang diajukan Aristoteles untuk menjelaskan kesimpulannya didasarkan pada struktur pemikiran. Masa Keemasan Kebijaksanaan Yunani terjadi pada masa Aristoteles (384-322 SM). Ia mampu menemukan solusi terhadap masalah-masalah filosofis utama dan mengintegrasikannya ke dalam satu sistem: logika, matematika, fisika, dan metafisika. Logika Aristoteles didasarkan pada analisis bahasa yang disebut silogisme (silogisme).(Karim, 2017). Aristoteles mengembangkan sistem logika yang disebut logika tradisional. Logika tradisional merupakan sistem logika yang masih digunakan sampai sekarang.(A et al., 2023)

Penemuan terbesar Aristoteles dalam bidang logika adalah silogisme. Silogisme berarti menarik kesimpulan dari suatu pernyataan berkode, atau fakta umum tentang suatu hal tertentu, dan dapat digunakan untuk menarik kesimpulan baru dan benar dari dua kebenaran yang ada..(Arrang, n.d.) Sebagai contohada dua pernyataan:

1. Semua manusia harus mati

 2. Dia manusia Dari sini

kita dapat menyimpulkan bahwa dia harus mati.

 Menurut Aristoteles, pengetahuan baru diciptakan melalui dua cara: induksi dan deduksi.Induksi melibatkan memulai dengan contoh-contoh spesifik untuk memperoleh pengetahuan tentang hal-hal umum. Di sisi lain, penalaran dimulai dengan dua kejadian yang tak terbantahkan, yang menjadi dasar diperolehnya kebenaran ketiga. Cara derivasi seperti ini disebut silogisme. Induksi bergantung pada pengetahuan indra, sedangkan deduksi atau silogisme sama sekali tidak bergantung pada pengetahuan indra. Inilah sebabnya Aristoteles melihat deduksi sebagai jalan sempurna menuju pengetahuan baru.

Ia mengatakan bahwa keistimewaan terbesar Aristoteles adalah ia menciptakan ilmu pengetahuan baru, logika, tanpa pengetahuan sebelumnya dan hampir sepenuhnya mengandalkan kemampuan berpikirnya.Buku Will Durant ``Kisah Filsafat''(Bunyamin, 2020). Pengetahuannya yang inovatif dan menyeluruh pada masanya membuatnya mendapatkan gelar "guru pertama" atau "filsuf pertama".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun