Mohon tunggu...
Karina Lin
Karina Lin Mohon Tunggu... profesional -

Seorang manusia biasa yang suka menulis. Mencintai dan hidup untuk menulis.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mau Edukasi Anak Soal Kespro? Edukasi Dulu (Calon) Orangtuanya

25 Juli 2016   23:36 Diperbarui: 25 Juli 2016   23:45 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus ini pada akhirnya bisa ditindaklanjuti pihak kepolisian Lampung. Itupun setelah gencar dilakukan pemberitaan oleh media lokal.

Kasus-kasus ini semakin menunjukkan betapa rentan anak menjadi sasaran kekerasan seksual. Tetapi saya berpendapat dapat dicegah atau setidaknya diminimalisir oleh edukasi mengenai kesehatan reproduksi (kespro) dan siapa yang paling berperanan? Bukanlah sekolah. Melainkan keluarga, lebih spesifik lagi orangtua anak itu.

Sayangnya tidak semua orangtua mumpuni atau memiliki kapasitas pengetahuan mengenai kespro. Bukan hanya itu, kalaupun mereka punya pengetahuan yang cukup – para orangtua tersebut mengalamai kesulitan dan kebingungan ketika hendak menjelaskan atau mengedukasikannya kepada anak-anak mereka. Setahun yang lalu, saya pernah mewawancarai surveyvor LSM PKBI Lampung yang bernama Regina. Interviu tersebut guna mendapatkan gambaran mengenai maraknya pernikahan usia dini di Lampung.

Dalam wawancara, terkuaklah fakta yang telah saya sebut di atas (meski ia tak menyebut angka atau presentase). Selain itu, masih menurutnya, berdasarkan data survey – ada faktor budaya dan adat yang mengekang. Budaya patriakat misalnya yang menjunjung kaum lelaki atau adat yang masih mentabukan membahas kespro dalam keluarga.

Sinergi BKKN untuk Pendidikan (Calon) Orangtua

Menyikapi realitas tersebut, saya kira sangat penting untuk mengedukasi para (calon) orangtua mengenai kespro. BKKBN sebagai institusi yang berwenang mengurusi keluarga berencana dan ideal Indonesia harus lebih proaktif lagi. Selain itu dapat melibatkan perangkat setempat semisal KUA, rohaniwan atau lembaga agama, dokter, dan lain-lain.

Bagaimana caranya mensosialisasikan hal tersebut? Bisa disesuaikan dengan kekhasan setempat atau misalnya kreatif membikin slogan pengingat, seperti Kespro Yes, Kespro BKKBN be ngcoolen, dan lain-lain. Bisa juga sebelum pernikahan ada tahap konsultasi yang materinya adalah hal ini. Bisa juga melalui kegiatan ibu-ibu PKK.

Edukasi kespro dari orangtua kepada anak, dilihat dari manfaat tak hanya berguna untuk mendidik anak mengenai kespro semata. Pendidikan ini pun memberi manfaat atau pemahaman untuk pencegahan pernikahan usia dini.

Data dari BKKBN pada tahun 2015 menyebutkan bahwa Indonesia termasuk negara dengan presentase pernikahan usia muda tinggi di dunia, yakni rangkin 37 dan tertinggi kedua di ASEAN setelah Kamboja. 

Jelas itu bukan kabar baik. Kemiskinan kerap dikaitkan dengan maraknya pernikahan usia dini. Namun, kini kita tak bisa lagi menunding itu saja. Faktor rendahnya pemahaman mengenai kespro di kalangan orangtua turut ambil bagian melanggengkan pernikahan usia dini – yang sebenarnya sama saja orangtua anak tersebut mempersilakan anaknya dijadikan obyek kekerasan seksual.     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun