Mohon tunggu...
Linka Azzahra
Linka Azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta Prodi Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Sertifikat Mengemudi Menjadi Syarat Pembuatan SIM Baru, Jadi Ladang Pungli?

1 Juli 2023   20:14 Diperbarui: 4 Juli 2023   22:21 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Perkenalkan, saya Linka Azzahra mahasiswi Universitas Muhammadiyah Jakarta Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, semester 4. Pada artikel kali ini, saya akan membahas perihal adanya aturan baru pada persyaratan permohonan pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) yang ramai dibicarakan oleh netizen dan ada yang berpendapat akan menjadi ladang pungut liar atau pungli. Berikut artikelnya.

Saat ini tengah ramai diperbincangkan bahwa Kepolisian Republik Indonesia (Polri) mengelurkan aturan baru terkait pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) yang mengharuskan setiap yang ingin membuat SIM diharuskan memiliki sertifikat dari sekolah mengemudi termasuk di dalamnya pembuatan SIM A dengan disahkannya Peraturan Polri (Perpol) Nomor 5 Tahun 2021.

Aturan baru ini menimbulkan banyak sekali pro dan kontra di masyarakat. Anggota Komisi III DPR Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Arsul Sani mengingatkan agar syarat baru untuk membuat surat izin mengemudi (SIM) seperti menyertakan sertifikat pendidikan dan pelatihan mengemudi tidak dijadikan alat 'bermain' baru untuk para oknum yang sering meminta pungutan liar atau pungli.

Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri telah lebih dulu mengatakan bahwa penyertaan sertifikat pelatihan dan pelatihan mengemudi yang dikeluarkan oleh sekolah mengemudi digunakan demi meningkatkan keselamatan dan keamanan dalam berkendara.

Sebelumnya, penerbitan SIM A untuk mobil hanya perlu Kartu Tanda Penduduk (KTP) baik asli maupun fotokopi bagi para pemohon SIM A. Namun, saat ini para pemohon SIM A yang baru akan membuat SIM harus melengkapi persyaratan administrasi yang diajukan berupa sertifikat mengemudi yang dikeluarkan oleh kelas mengemudi.

Meskipun begitu, aturan ini masih dalam tahap kajian oleh kepolisian guna mendapat standarisasi yang nantinya akan menjadi acuan untuk pelaksanaan aturan tersebut. 

Direktur Registrasi dan Identifikasi Korlantas Polri Brigadir Jenderal Yusri Yunus di Jakarta, Kamis (22/6) mengatakan "Belum dilaksanakan karena kami masih mengkaji ini, kami harus kaji. Karena tidak boleh, misalnya sekolahnya (tempat kursus mengemudi) harus terakreditasi, lalu instrukturnya juga harus betul--betul terakreditasi. Tapi aturan sudah ada,"

Yusri sendiri masih belum dapat memastikan kapan kepolisian akan menerapkan peraturan tersebut. "Karena harus dibuat aturan-aturan di bawahnya lagi, aturan pelaksanannya seperti apa. Kalau tanya semua kapan diterapkan? Belum, tunggu saja nanti waktunya. Jadi belum," ucap Yusri.

Dilansir melalui CNN Indonesia, syarat baru pelampiran sertifikat mengemudi untuk pembuatan SIM ini telah tercantum dalam Peraturan Polri Nomor 2 Tahun 2023 tentang Perubahan Atas Perpol Nomor 5 Tahun 2021 tentang Penerbitan dan Penandaan Surat Izin Mengemudi (SIM). Peraturan ini sudah diundangkan sejak 17 Februari 2023.

Polri telah membentuk Koordinator Sekolah Mengemudi yang ditujukan untuk membantu perencanaan aturan pelaksanaan terkait SIM ini. Koordinator ini juga melakukan sosialisasi ke seluruh sekolah mengemudi di masing-masing wilayah Polda di Indonesia. Saat ini terdapat 32 koordinator diklat mengemudi yag terintegrasi dengan 29 Polda di Indonesia.

Meski sudah memiliki koordinator dan peraturan dalam Perpol, aturan ini belum resmi dilakukan sebab Yusri menyebutkan bahwa pihaknya tidak bisa sembarangan melaksanakan aturan tersebut. Maka dari itu, proses pengkajian masih terus dilakukan.

Dikeluarkannya aturan baru ini menimbulkan banyak sekali komentar masyarakat sebab banyak masyarakat yang awam perihal sertifikat mengemudi ini. Tak sedikit juga yang mengatakan bahwa pertaturan baru ini hanya merepotkan hingga menjadi "ladang panen pungli" bagi oknum tidak bertanggung jawab. Sebab, sebelum adanya aturan sertifikat ini masyarakat mengaku kerap kali dimintai sejumlah uang oleh oknum sebagai 'jalur cepat' untuk mendapatkan SIM baik SIM A maupun SIM C.

Berikut kata netizen:

“gimana ya, sekarang aja banyak yang pake jalur belakang, nembak gitu. Apalagi kalo ada beginian bisa tambah banyak nanti.”

“aduh, gak usah aneh-aneh deh pake gituan segala, nanti yang minta duit tambah banyak.”

“kalo kata gue sih nanti malah sekolah mengemudinya yang minta duit tambahan, ya kali bikin sertifikat kaga ngeluarin duit.”

“bagus sih, biar gak ada lagi orang gila bawa mobil di jalan”

“antara setuju sama ga setuju sih. Setuju karena biar gak ada ada lagi yang bawa mobil ugal-ugalan dijalan, gak setujunya karena khawatir nanti makin banyak lagi yang pungli, nawarin jalur belakang yang harganya gak masuk akal.”

“keren deh, udah ga asal-asalan lagi. Tapi yang pake jalur cepet nembak gitu juga harus ditertibkan dong, masa Cuma aturannya doang yang dibanyakin.”

Tanggapan beragam lainnya dapat dilihat pada akun media sosial yang membahas terkait stuan sertifikat mengemudi sebagai syarat pembuatan SIM. Terdapat banyak tanggapan dari netizen. Tak sedikit yang menganggap bahwa aturan baru ini menyulitkan dan akan semakin banyak oknum yang memanfaatkan menawaran ‘jalur cepat’ dengan harga yang ditawarkan sangat tinggi bahkan tidak masuk akal.

Penggunaan sertifikat mengemudi sebagai aturan baru dapat dikatakan cukup efektif untuk mengurangi kecurangan dalam pembuatan SIM. Namun, tentu saja hal ini perlu dipertimbangkan kembali agar tidak terjadi pungli yang semakin marak dan menjamur. Perlunya pengawasan yang ketat dan penertiban terhadap oknum yang meminta sejumlah uang kepada masyarakat yang ingin membuat SIM dengan dalih mempermudah pembuatan SIM.

Adanya peraturan ini tentu saja sudah dalam tahap pengawasan dan pengkajian agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diingin kan seperti pungli dan lainnya. Namun memang, akan tetap saja ada para oknum dan pelaku pungli yang tentu saja mengincar orang-orang yang ingin melakukan pembuatan SIM dan banyak dari oknum yang bahkan memasang harga sangat tinggi hanya untuk membuat SIM, padahal pembuatan SIM hanya bertarif sekitar Rp. 50.000 hingga Rp. 250.000 untuk pembuatan SIM Internasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun