Mohon tunggu...
Lini Zurlia
Lini Zurlia Mohon Tunggu... -

Perempuan berdarah Jawa-Sumatera, pecinta perdamaian, pendamba kesetaraan relasi maskulinitas vs feminitas. Kesemuanya menjadi impian yang tak berkesudahan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tentang Cinta Sesama

10 Februari 2014   13:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:58 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Angan menerawang jauh di awan

Mengawang bagai layang-layang

Menerobos bebas lepas

Seketika terhenti

Terjungkal jatuh bukan kebawah

Bak layang-layang putus tali benang

Tak mampu terbang

Belahan jiwa terusir dari raga

Membuat hidup dahaga

Siang malam pagi menjadi hampa

Jingga tak lagi menggairahkan

Mentari tak lagi menghangatkan

Belahan jiwa terusir dari raga

Bukan pergi kerana sengaja

Sebab belahan jiwa berjenis kelamin sama

Maka tak boleh bersama-sama

Norma mengusir kami sesama

Kata Kiai kami berdosa

Kata Pendeta kami durjana

Kata psikiater kami dursila

Kata Mama kami durhaka

Lalu apa kata Tuhan?

Dalam hening aku berkata

Tak pernah aku meminta

Mencintai belahan jiwa sesamaku Tuhan...

Lalu hendak kah KAU murka???

Jakarta, 10 Februari 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun