Mohon tunggu...
Lingardi Wiratama
Lingardi Wiratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di salah satu Universitas

An ordinary guy

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pemanfaatan Bahan Alam untuk Pembuatan Pupuk Organik Pengganti Pupuk Kimia

28 Desember 2021   14:35 Diperbarui: 28 Desember 2021   15:18 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya pada tanggal 16 oktober 2021 di Kota Blitar, Kecamatan Kanigoro, Jawa Timur disibukkan dengan pembuatan laporan kegiatan menurut format buku pedomannya. Kegiatan ini membuahkan hasil, salah satunya mahasiswa dapat menulis publikasi media massa. Blog ini akan menjadi arsip individu dan orang-orang yang ingin mengetahui Desa Ekonomi Minggirsari Blitar, khususnya dalam bercocok tanamnya.

Untuk melengkapi pengumpulan tugasnya, mahasiswa Universitas 17 Agustus Surabaya mengarsipkan kegiatan mereka dengan blog publikasi media massa ini. 

Blog ini dapat diakses oleh umum sebagai salah satu bahan penilaian dosen pembimbing lapangan dan juga referensi bagi teman-teman lain yang sedang menjalani kegiatan KKN. Blog ini berisi KKN dan beberapa program kerja yang sudah terlaksana.

Hery Murnawan, S.T., M.T., Hilyatun Nuha, S.T., M.T., Drs. Achmad Maqsudi, M. Si, Ak., Ca. selaku dosen pembimbing lapangan saya menyampaikan bahwa dengan adanya arsip kegiatan dalam bentuk blog ini, maka masyarakat umum dapat membaca, memberikan masukan, saran, kritik, bahkan bisa juga mengadaptasi kegiatan yang telah dilakukan oleh maahsiswa-maahsiswa ditempat masing-masing. 

Di sana kami bertemu dengan Narasumber, yaitu Pak Saiful selaku pengelola bengkel tani (GAPOKTAN) Sekarsari di Desa Minggirsari. Dalam pengelolaan bengkel tani, Pak Saiful ditemani oleh Pak Dadang selaku warga dan pengembang bengkel tani. 

dokpri
dokpri

"Tanaman pada dasarnya membutuhkan nutrisi yang kurang lebih sama dengan manusia. Bahan-bahan yang ada di sekitar hanya perlu sedikit diolah menjadi bahan yang mudah diaplikasikan ke tanaman." ucap Pak Saiful.

Dengan wawancara dengan Pak Saiful, kami mendapatkan hasil wawancara bahwa subsidi pupuk kimia sudah mulai berkurang, sehingga terkadang kekurangan pupuk. 

Selain itu, dampak jika terlalu sering menggunakan pupuk kimia dengan jumlah besar, maka kesuburan tanah akan berkurang dan mikroorganisme di dalam tanah ikut mati juga.

"Biaya perawatan yang diperlukan untuk satu batang cabai apabila menggunakan pupuk kimia buatan mencapai Rp2000,- sedangkan untuk penggunaan pupuk organik hanya sebesar Rp1000,-" kata Pak Saiful. Dapat terlihat bahwa biaya yang digunakan dapat dihemat hingga 50%.

Dengan beberapa hambatan tersebut, akhirnya kami memutuskan untuk membuat pupuk organik dengan memanfaatkan hasil alam dan perkebunan warga Desa sekitar. Pupuk organik juga ada 2 macam, yaitu nabati dan hewani. 

Nabati terbuat dari bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan, seperti akar putri malu, kunyit, belimbing, jagung dan lain sebagainya. Lain kalau hewani, terbuat dari bahan-bahan yang berasal dari hewan, seperti ikan lele, ikan pindang, bekicot dan lain-lain. Lalu apakah berbeda nutrisi antara pupuk organik nabati dan hewani??

"Ya, tentu saja berbeda. Nanti hasilnya pun juga berbeda. Jika pupuk nabati, maka hasilnya 70% buah dan 30% daun. Jadi buahnya banyak, tetapi daun tidak rimbun. 

Kalau pupuk hewani, hasilnya 70% daun dan 30% buah. Jadi, daunnya rimbun sekali, tetapi buahnya sedikit. Tergantung tujuan petaninya." ucap Pak Saiful.

Dengan ini, disana kami berniat untuk membuat keduanya agar kita mengetahui hasil tumbuhan cabenya, jika diberi pupuk nabati dan hewani. 

Pada hari pertama, kami membuat pupuk organik nabati dahulu. Bahan dan alat sudah kami siapkan semua. Setelah semua sudah dihaluskan, langsung dimasukkan ke drum berukuran 150 liter. 

Pupuk 1 drum besar ini dapat digunakan selama 1 bulan lebih. Tidak lupa juga memasukkan air leri dan makanan bakterinya. Setelah itu diaduk dan ditutup rapat. Dapat dicek lagi dalam 3 hari ke depan untuk mengaduknya lagi dan menambahkan air biasa.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri

Hari kedua, kami membuat pupuk hewani. Bahan-bahan seperti ikan lele, bekicot dan ikan-ikan lainnya sudah siap. Tidak lupa juga bahan tambahan seperti kunyit, rebung dan lain-lain dihaluskan. 

Lalu, masukkan semua bahan yang sudah dihaluskan ke drum 150 liter khusus untuk pupuk nabati. Setelah itu tambahkan lagi air leri dan air biasa. Setelah itu, cek dan aduk secara berkala pupuk organik yang ada dalam drum.

Yaa, semoga saja hasil dari pupuk organik yang kami produksi berguna bagi Pak Saiful dan rekan-rekan di bengkel tani untuk kesehatan dan kesuburan tanaman cabenya, sehingga hasil panen melimpah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun