Mohon tunggu...
Lindung Silaban
Lindung Silaban Mohon Tunggu... Guru - Guru dan penulis

Saya seorang guru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hadapi Siswa Bertingkah Begini Caranya

11 Agustus 2023   12:36 Diperbarui: 11 Agustus 2023   13:20 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini  viral di media sosial (Medsos) dan media mainstream ada salah seorang orangtua/wali murid yang mengetapel salah seorang guru di SMA N 7  Rejang Lebong.  Hal ini bermula karena sang guru menegur siswanya karena ketahuan merokok.

Mungkin saja cara menegurnya membuat si anak merasa tertekan atau kecewa sehingga ia melaporkan gurunya kepada orangtuanya. Dalam hal ini saya sebagai penulis artikel ini tidak tahu pasti apakah terjadi pemukulan atau tidak oleh sang guru kepada siswanya. Namun, orangtua siswa tersebut bereaksi dengan amarah besar. Hingga membawa ketapel ke sekolah lalu mengetapel guru PJOK tersebut.

Kasus serupa banyak terjadi beberapa tahun belakangan. Guru menjadi korban kekerasan siswa atau pun orangtua/wali. Miris bukan?

Lantas apakah serta merta kita menyalahkan pihak guru atau sebaliknya menyalahkan siswa dan orangtua?

Tentu ada pro dan kontra dengan kasus di atas.

Saya sebagai seorang guru pernah mengalami kasus yang hampir serupa. Hanya saja tidak terjadi penganiayaan. Saya menghadapi orangtua yang membabi buta cara memprotes karena tidak terima anaknya ditegur dengan cara lebih tegas. Hal ini terjadi karena si anak memberikan informasi dengan kurang tepat dan orangtua/walinya menanggapi dengan urat saraf tegang tanpa mengonfrimasi kepada saya sebagai guru.

Apa yang saya lakukan pada saat itu? saya mengajak orangtua siswa untuk berbicara dengan tenang. Mereka saya berikan kesempatan untuk menceritakan apa yang disampaikan oleh anaknya di rumah. Ketika sang orangtua berbicara, maka tugas saya hanya mendengar. Tak perlu menyela dan memotong kalimat orangtua.

Setelah orangtua tersebut selesai berbicara, maka saya memberikan penjelasan kepada si orangtua. Tentu berdasarkan fakta, bukti dan saksi. Saksi saya tunjuk teman sekelas si anak.

Penjelasan demi penjelasan saya membuka pemikiran orangtua siswa itu. Mereka merasa puas dan dapat menerima pesan yang saya sampaikan.

Kejadian di atas pernah saya hadapi beberapa kali. Namun, setelah saya refeleksikan ternyata itu kurang efektif. bahkan memungkin bisa berujung kekerasan karena salah paham (miss komunikasi).

Saya memutuskan belajar menangani siswa yang bertingkah dari berbagai sumber seperti membaca buku, mengikuti pelatihan dan diskusi dengan rekan-rekan guru yang lain. Tentu semua itu memperkaya pengetahuan saya dalam mendidik siswa. Salah satu metode yang efektif dalam menangani siswa adalah Coaching Tirta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun