Kota Semarang, yang terletak di pantai utara Pulau Jawa, memiliki ekosistem mangrove sebagai salah satu elemen penting di wilayah pesisirnya. Mangrove di kota ini tersebar di beberapa kecamatan, yaitu Genuk, Semarang Utara, Semarang Barat, dan Tugu.Â
Berdasarkan data dari 2010 hingga 2021, luas hutan mangrove di pesisir Kota Semarang mengalami peningkatan hingga tahun 2018. Namun, setelah itu terjadi penurunan yang signifikan, terutama di Kecamatan Genuk antara 2018 hingga 2021. Saat ini, ekosistem mangrove di Semarang menghadapi tantangan serius dalam hal luas, struktur, serta fungsi ekologis dan ekonominya.Â
Penurunan ini dipengaruhi oleh kombinasi faktor alami dan aktivitas manusia yang intensif, seperti pembangunan dan perubahan tata guna lahan. Analisis citra satelit Landsat 8 pada tahun 2016 mengungkap bahwa mangrove dengan kerapatan baik hanya mencakup sekitar 62,9 hektare.Â
Namun, ada area potensial yang jauh lebih luas untuk penanaman mangrove, mencapai 2.424,7 hektare. Berbagai faktor eksternal, termasuk perubahan iklim dan pembangunan pesisir, sangat memengaruhi perubahan luasan mangrove ini.Â
Beberapa kajian, seperti dari Dinas Lingkungan Hidup (2015), serta laporan-laporan lainnya mencatat bahwa mangrove tersebar di berbagai wilayah, termasuk Mangkang Kulon, Mangkang Wetan, Mangunharjo, Karanganyar, Pantai Maron, dan Trimulyo. Pola distribusi mangrove di pesisir Semarang umumnya berbentuk kelompok-kelompok kecil, dengan total sekitar 279 kelompok.Â
Rata-rata luas tiap kelompok adalah 0,30 hektare, dengan yang terkecil seluas 0,015 hektare dan yang terbesar mencapai 8,58 hektare, terutama di Kecamatan Tugu, Semarang Barat, dan Genuk.Â
Ketahanan Pesisir Mangrove di Mangunharjo dan TrimulyoÂ
Abrasi yang signifikan di beberapa lokasi pesisir Kota Semarang telah menyebabkan kerusakan parah, bahkan hilangnya ekosistem mangrove di beberapa wilayah. Berdasarkan pengamatan di lapangan, ditemukan bahwa kawasan Mangunharjo, Mangkang Wetan, dan Tugurejo memiliki ketahanan pesisir yang cukup baik. Meskipun ekosistem mangrove di daerah ini menghadapi tekanan akibat perubahan lahan, kawasan ini masih memiliki potensi besar untuk pulih dan kembali stabil.Â
Khusus di pesisir Mangunharjo Kota Semarang, dari hasil penelitian kami, penanaman mangrove di lokasi tersebut memiliki survival rate mencapai 93%.Â
"Untuk growth rate sendiri beragam di setiap lokasi dengan SR (Survival rate) dan GR (Growth rate) tertinggi berada di lokasi penanaman Pantai Mangunharjo Semarang," ungkap tim R&D LindungiHutan.Â
Sebaliknya, kondisi berbeda terlihat di wilayah Trimulyo. Di sini, tingkat ketahanan pesisir jauh lebih rendah, karena tekanan yang sangat tinggi dari perubahan lahan membuat ekosistem mangrove kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan struktur dan fungsinya. Jika tidak ada upaya pemulihan yang serius, mangrove di Trimulyo akan sulit kembali ke kondisi stabil mengingat kerusakan yang sudah sangat parah.Â
Oleh karena itu, rehabilitasi mangrove di lokasi-lokasi dengan ketahanan rendah seperti Trimulyo sangat penting untuk menjaga keberlanjutan ekosistem pesisir, sekaligus mengurangi dampak abrasi dan kerusakan lingkungan lainnya.Â
Perubahan Luas Mangrove di Trimulyo 2005-2022
Upaya restorasi mangrove yang dilakukan oleh berbagai pihak, seperti LindungiHutan, telah berhasil meningkatkan luas mangrove di Trimulyo. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2005 dan 2010, tidak ada keberadaan mangrove di Trimulyo. Namun, pada tahun 2015, mangrove mulai tumbuh dan mencakup area seluas 25,6 hektare. Peningkatan ini terus berlanjut, dan pada tahun 2022 luasnya telah mencapai 34,5 hektare.Â
Pertumbuhan mangrove ini mencerminkan keberhasilan restorasi yang telah dilakukan di wilayah tersebut. Jika upaya rehabilitasi dilakukan secara berkelanjutan, Trimulyo memiliki potensi besar untuk terus memperluas area mangrovenya. Namun, keberhasilan ini hanya dapat dicapai dengan dukungan dan perhatian yang konsisten, terutama dalam menjaga kualitas lingkungan dan ekosistem yang ada.Â
Mangrove yang sehat tidak hanya memberikan perlindungan terhadap abrasi, tetapi juga mendukung keberlanjutan ekonomi masyarakat sekitar melalui sektor perikanan dan pariwisata berbasis lingkungan. Upaya penghijauan di kawasan pesisir Kota Semarang ini memiliki peran penting, tidak hanya bagi kelestarian lingkungan tetapi juga sebagai investasi jangka panjang bagi kesejahteraan sosial dan ekonomi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H