Puspa memeluk tubuh lemah itu, tidak terasa air matanya menetes membasahi pipinya.Â
"Bu Saenah, maafkan Puspa terlambat datang ke rumah Ibu. Tadi tugas piket, baru selesai jam dua. "
Tanpa mengucapkan kata Bu Saenah mengangguk, senyumnya selalu terbingkai di bibirnya walaupun harus menahan sakit.Â
Wajahnya selalu ceria, tidak pernah menunjukkan rasa sakit. Hal itu yang membuat Puspa mempunyai motivasi kuat untuk menjalani hidup sampai sekarang ini mengikuti jejaknya Bu Saenah menjadi seorang guru atau pendidik.Â
Kata terima kasih tidak cukup untuk diucapkan kepada pahlawan tanpa jasa itu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H