Percaya atau tidak anak-anak Palestina mengajarkan gembira atau bagaimana nampak gembira. Mereka pandai sekali menyembunyikan rasa sakit. Dibalik pilu yang mendalam mereka bisa memberikan senyuman.
Banyak kisah, yang mereka sampaikan ke dunia, kisah pilu dimana kedua orang tuanya pergi di depan mata mereka secara tragis. Bagaimana keluarga serta adik adik luka dan kelaparan. Mereka menceritakan kisah tersebut dengan rasa gembira dan optimis.
Sebaliknya, sang rival, lelaki dengan bayi-bayi di isi kepalanya berkisah dengan ucapan putus asa. Tertawa terbahak-bahak yang garing. Mereka merasa keren, tapi di hati nurani ada rasa hampa, putus asa dan menyesalan yang sangat.
Bahkan, menurut penuturan beberapa orang, mereka mengaku tidak bisa tenang sepanjang hidupnya, diliputi rasa bersalah, dipenuhi mimpi-mimpi yang menakutkan. Untuk tidur saja, mereka harus menelan miras, obat-obatan. Mereka susah dengan perkara yang mereka buat sendiri. Meskipun dengan lantang berteriak kalau mereka menang, tapi sesungguhnya telah kalah dengan rasa takut mereka sendiri.
Anak anak Adalah Sang Pemenang
Anak anak Palestina adalah simbol sang pemenang. Mereka sudah memenangkan hati orang orang di dunia ini. Usahanya untuk bertahan di tengah berbagai kesulitan saat genosida, menginspirasi banyak orang, bahwa untuk menjadi pemenang bukanlah dengan memusnahkan orang lain. Itu hanya dilakukan oleh para pecundang dengan hati yang putus asa dan jiwa jiwa yang lemah.
Terbukti sesuai ujar lelaki dengan bayi-bayi di isi kepalanya, "melenyapkan bayi-bayi sama saja menjaga masa depan, karena bayi-bayi tersebut kelak saat dewasa menjadi orang yang mengerikan." Menurut kamu, yang mengerikan bayi-bayi tersebut atau lelaki dengan bayi-bayi di isi kepalanya?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI