Mohon tunggu...
Linda Nurlinasari
Linda Nurlinasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Writer~Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati

Linda Nurlinasari sering disapa Linda atau nda ini merupakan seorang remaja asal kabupaten Sumedang yang saat ini sedang menempuh sekolah di perguruan tinggi tepatnya di Universitas Sunan Gunung Djati Islam Bandung. Dia merupakan alumni Pondok Pesantren Darussalam Kasomalang Subang yang merupakan deretan pondok terbaik di kabupaten Subang pada tahun 2022. Saat ini ia sedang disibukan dengan berbagai aktivitas seperti membuat konten youtube dan pembimbing dalam komunitas ngambis ptkin. Ia pun diwaktu senggangnya menyibukkan dengan menjual produk-produk fashion di beberapa e-commerce juga di beberapa sosial media.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan yang Memanusiakan Manusia Akan Lebih dari Sekedar Nilai Akademik, Mari Simak!

27 Januari 2025   13:52 Diperbarui: 27 Januari 2025   13:52 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Pendidikan Memanusiakan Manusia. (Sumber Gambar : Kabar Pendidikan)

Pendidikan adalah salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia. Dalam sejarah, pendidikan telah menjadi alat untuk membangun peradaban, meningkatkan taraf hidup, dan menciptakan perubahan sosial. Namun, di tengah perkembangan zaman, pendidikan sering kali hanya dipandang sebagai alat untuk mengejar nilai akademik, sertifikat, atau prestasi formal. Akibatnya, esensi pendidikan sebagai sarana untuk membangun karakter dan nilai kemanusiaan mulai terabaikan.

Saat ini, penting bagi kita untuk kembali merenungkan tujuan pendidikan yang sesungguhnya. Pendidikan seharusnya memanusiakan manusia, bukan sekadar mengukur kepandaian berdasarkan angka-angka di rapor.

 Artikel ini akan membahas bagaimana pendidikan yang memanusiakan manusia dapat diterapkan dalam sistem pendidikan kita, serta peran penting guru dalam mencapai tujuan tersebut.

Pendidikan yang Hilang Arah

Saat ini, banyak siswa, guru, dan bahkan orang tua terjebak dalam paradigma pendidikan yang sempit. Pendidikan diukur dari keberhasilan siswa dalam ujian nasional, peringkat sekolah, atau jumlah lulusan yang diterima di perguruan tinggi favorit. Sayangnya, paradigma ini mengesampingkan aspek-aspek penting seperti moral, etika, dan kemampuan sosial siswa.

Sebagai contoh, kita sering mendengar tentang siswa yang meraih nilai tinggi, tetapi kurang memiliki empati atau kepedulian terhadap sesama. Fenomena ini menunjukkan bahwa pendidikan yang berorientasi pada akademik saja tidak cukup untuk mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas. Pendidikan harus menjadi sarana untuk membentuk manusia yang cerdas secara intelektual dan emosional.

Apa Itu Pendidikan yang Memanusiakan?

Pendidikan yang memanusiakan adalah konsep pendidikan yang berorientasi pada pengembangan potensi siswa secara holistik. Dalam pendidikan ini, siswa tidak hanya diajarkan untuk berpikir kritis dan memahami ilmu pengetahuan, tetapi juga diajak untuk mengembangkan akhlak mulia, empati, dan kepekaan sosial. Pendidikan yang memanusiakan berusaha menciptakan keseimbangan antara aspek intelektual, emosional, dan spiritual siswa.

Dalam praktiknya, pendidikan yang memanusiakan manusia dapat diterapkan melalui tiga pilar utama: guru sebagai teladan, pembelajaran berbasis nilai, dan kolaborasi antar pihak.

1. Guru sebagai Teladan

Guru memiliki peran penting dalam menciptakan pendidikan yang memanusiakan. Guru bukan hanya sebagai pengajar mata pelajaran, tetapi juga sebagai pembimbing moral bagi siswa. Seorang guru yang mempraktikkan nilai-nilai seperti kesabaran, kejujuran, dan kasih sayang akan memberikan pengaruh positif yang mendalam bagi siswa.

Misalnya, seorang guru yang memberikan perhatian kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar menunjukkan bahwa ia menghargai keberagaman kemampuan siswa. Guru juga harus menghindari perilaku diskriminatif atau favoritisme yang dapat merusak rasa percaya diri siswa. Dengan menjadi teladan, guru dapat membantu siswa memahami pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Pembelajaran Berbasis Nilai

Pembelajaran berbasis nilai adalah pendekatan yang mengintegrasikan pembentukan karakter ke dalam proses belajar mengajar. Hal ini dapat dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai seperti kerja sama, tanggung jawab, dan kepedulian terhadap sesama melalui metode pembelajaran yang relevan.

Contohnya, dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, siswa tidak hanya diajarkan fakta sejarah, tetapi juga diajak untuk merenungkan nilai-nilai moral dari tokoh sejarah. Siswa dapat diminta untuk mendiskusikan bagaimana nilai-nilai tersebut relevan dengan kehidupan mereka saat ini.

3. Mengembangkan Soft Skills Melalui Pendidikan

Pendidikan yang memanusiakan juga memberikan perhatian pada pengembangan soft skills siswa. Soft skills seperti kemampuan berkomunikasi, berpikir kritis, dan bekerja sama sangat penting di era modern. Guru dapat mengembangkan soft skills ini melalui pembelajaran berbasis proyek atau diskusi kelompok.

Misalnya, siswa dapat diajak untuk memecahkan masalah sosial di lingkungan mereka melalui proyek komunitas. Dengan cara ini, siswa tidak hanya belajar untuk berpikir kreatif, tetapi juga belajar untuk bekerja sama dan memahami sudut pandang orang lain.

4. Kolaborasi Antar Pihak

Mewujudkan pendidikan yang memanusiakan bukanlah tugas guru semata. Orang tua, sekolah, dan masyarakat juga harus terlibat aktif dalam proses ini. Kolaborasi antara pihak-pihak ini dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang mendukung pengembangan karakter siswa.

Sebagai contoh, sekolah dapat mengadakan kegiatan parenting untuk melibatkan orang tua dalam proses pendidikan anak. Dengan dukungan dari orang tua, siswa akan merasa lebih dihargai dan termotivasi untuk mengembangkan diri.

Kesimpulan

Pendidikan yang memanusiakan adalah pendidikan yang mengutamakan pembentukan karakter, nilai kemanusiaan, dan kemampuan sosial siswa. Pendidikan ini tidak hanya bertujuan untuk mencetak individu yang cerdas secara akademik, tetapi juga manusia yang mampu membawa perubahan positif dalam masyarakat.

Sebagai pendidik, kita harus berkomitmen untuk menciptakan pendidikan yang tidak hanya menghasilkan lulusan yang pandai, tetapi juga individu yang peduli dan berakhlak mulia. Dengan pendidikan yang memanusiakan, kita dapat membangun generasi yang tidak hanya kompeten secara intelektual, tetapi juga memiliki hati dan jiwa yang mulia.

Referensi

1. Ki Hadjar Dewantara. (2004). Pendidikan yang Memerdekakan. Yogyakarta: Majelis Luhur Tamansiswa.

2. Kemendikbud. (2020). Pendidikan Karakter untuk Generasi Unggul. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

3. Dedi Supriadi. (2001). Pendidikan dan Tantangan Globalisasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Semoga artikel ini bermanfaat ya.. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun