Kedua, guru bisa memberikan stimulasi belajar yang sesuai untuk setiap peserta didiknya. Misalnya, jika ada peserta didik yang memiliki kecerdasan verbal-linguistik, akan diarahkan untuk mengikuti kelas bahasa dan perlobaan debat ataupun pidato. Sementara itu, peserta didik yang memiliki kecerdasan kinsettetik-jasmani, akan diarahkan untuk aktif dalam bidang olahraga. Ia bisa diarahkan untuk menjadi atlet ataupun mengikuti berbagai kejuaraan olahraga.
Ketiga, mewujudkan esensi program merdeka belajar. Jika guru bisa memahami jenis-jenis kecerdasan peserta didiknya, maka guru akan lebih mudah mengaplikasikan program merdeka belajar di kelas. Guru bisa memberikan kesempatan kepada setiap peserta didiknya untuk belajar sesuai minat dan bakatnya masing-masing.
Kelima, saat guru telah memahami jenis-jenis kecerdasan peserta didik, guru bisa mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna. Mengapa? Penyebabnya, tak ada lagi paksaan penyeragaman dalam pembelajaran. Setiap anak merdeka belajar sesuai minat dan bakatnya masing-masing. Setiap anak boleh mencapai pencapaian yang sesuai dengan kemampuannya. Ini akan membuat anak belajar dengan lebih menyenangkan. Anak juga lebih mudah belajar sehingga kegiatan belajar jadi lebih bermakna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H