Mohon tunggu...
linda lin
linda lin Mohon Tunggu... Mahasiswa - guru

suka bernyanyi dan berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

penyimpangan khobar dari kondisi/keadaan yang sebenarnya dan macam-macamnya

12 November 2023   19:40 Diperbarui: 12 November 2023   20:03 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Disusun Oleh :

Siti Aisah ( 12002006 )

Linda Susanti ( 12002068 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN  BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

TAHUN AKADEMIK

2023 M/1444 H

 

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN.. 

A. LATAR BELAKANG.. 

B. RUMUSAN MASALAH.. 

C. TUJUAN.. 

BAB II PEMBAHASAN.. 

A. DEFINISI 

B. TUJUH PENYIMPANGAN KHABAR.. 

C. CARA MEMBEDAKAN JENIS KALAM YANG SESUAI DENGAN KONDISI KOMUNIKAN DAN TIDAK SESUAI DENGAN KONDISI KOMUNIKAN.. 

BAB III PENUTUP. 

A. KESIMPULAN.. 

DAFTAR PUSTAKA.. 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A. LATAR BELAKANG

            Salah satu keistimewaan Al-Qur'an adalah keagungannya, sebenarnya kehebatan Al-Qur'an atau yang dalam istilah arab disebut balaghah, inilah salah satu kekuatan fonetik atau kejadian gaib yang ada di dalamnya. Al-Qur'an punya. Ilmu Balaghah mengandung arti suatu ulasan yang memuat spekulasi dan materi yang dihubungkan dengan pendekatan penyampaian artikulasi yang memiliki harga diri Balaghah itu sendiri.

Kajian Balaghah adalah penyelidikan tentang bagaimana menangani kata-kata Arab atau struktur kalimat yang indah namun memiliki makna yang jelas. Selain itu, gaya bahasa yang digunakan juga harus sesuai dengan situasi dan kondisi. Para ahli balaghah sepakat untuk memisahkan cakupan perbincangan ilmu balaghah ke dalam tiga ilmu yang masing-masing tetap tersendiri dengan perbincangannya, yakni: ilmu ma'ani, ilmu bayan, dan ilmu badi'.

Ilmu Ma'ani merupakan salah satu dari tiga bidang kajian Balaghah. Kemampuan ilmu Ma'ani sebagai instrumen penguraian Al-Qur'an. Jadi mendominasi fonetik ini terlepas dari disiplin ilmu terkait lainnya sangatlah penting. Dengan informasi Ma'ani, arti penting atau terjemahan suatu bagian tidak sepenuhnya terselesaikan. Dari satu sudut pandang, Islam memberikan kesempatan dan kesempatan yang luar biasa untuk merenungkan ayat-ayat Allah, baik yang termuat dalam kitab yang diberkahi maupun bagian-bagian yang tidak tertahan.

Ilmu ma'ani mempelajari kalam khabari dan kalam insya'i. Kalam Khabariy sendiri mempunyai macam-macam kalam yang sesuai dengan pedoman kelahiran dan jenis kalam yang menyimpang dari prinsip-prinsip kelahiran. Ada 7 macam kalam yang menyimpang dari prinsip kelahiran.

B. RUMUSAN MASALAH

  • Apa definisi dari kalam khobari yang tidak sesuai dengan kondisi komunikan?
  • Berapa penyimpangan dari kalam Khobar?
  • Bagaimana cara membedakan jenis kalam yang sesuai dengan kondisi komunikan dan tidak sesuai dengan kondisi komunikan?

C. TUJUAN

  • Untuk mengetahui  definisi dari kalam khobari yang tidak sesuai dengan kondisi komunikan
  • Untuk mengetahui berapa penyimpangan dari kalam Khobar
  • Untuk mengetahui cara membedakan jenis kalam yang sesuai dengan kondisi komunikan dan tidak sesuai dengan kondisi komunikan

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A. DEFINISI

              Jenis kalam khabari yang tidak sesuai dengan keadaan komunikator (khuruj 'a muqtadha al-hal) adalah penyampaian kalam khabar yang terkadang kurang sesuai dengan keadaan dan keadaan penerima berita/mukhotob. . Tidak semua berita yang disampaikan menyinggung 3 standar (ibtida'i, thalaby dan penolakan). Ada beberapa laporan yang muncul dari 3 standar tersebut.

B. TUJUH PENYIMPANGAN KHABAR

a. (Menempatkan orang yang tahu sejajar dengan orang yang tidak tahu)

Contoh:

 (shalat itu wajib)

Penjelasan:

1. Apabila tidak terdapat huruf taukid, maka hukuman dijatuhkan kepada orang yang khalil dzihni (belum mempunyai gambaran).

2. Bagaimana pun, dalam kalimat ini sebenarnya ditujukan kepada individu yang sudah pasti menyadari bahwa permintaan itu diperlukan.

3. Namun, jangan menggunakan adat istiadat yang norak

4. Untuk apa? Mengingatkan (taubirgh) atau tazkir (mencela)b. (Menempatkan orang yang tidak tahu sejajar dengan orang yang ragu-ragu)

Contoh:

(Dan janganlah kau bicarakan kepadaku tentang orang-orang zalim itu, sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan)

Penjelasan:

  • Firman tersebut terdapat satu adat taukid
  • Karena ada satu adat taukid maka firman tersebut adalah khabar thalaby
  • Dan seharusnya ditujukan untuk komunikan yg ragu-ragu
  • Akan tetapi disini firman Allah ditujukan untuk komunikan yg belum tahu apa-apa
  • Jika belum tahu apap seharusnya tidak menggunakan adat taukid
  • Akan tetapi disitu Allah menggunakan adat taukid.

 Mengapa ? Karena Allah menganggap nabi Nuh adalah komunikan yg ragu-ragu . Apa yg diragukan? Nabi Nuh meragukan apakah mereka benar2 akan ditenggelamkan atau tidak

(ia bukanlah lelaki yang kulihat dalam mimpiku)

Penjelasan:

  • Ungkapan tersebut merupakan ungkapan kesedihan dari zulaikha (mutakallim) kepada tuhannya (mukhatab) ketika berkeluh-kesah
  • Ungkapan zulaikha tersebut terdapat satu adat taukid
  • Karena ada satu adat taukid maka ungkapan tersebut adalah khabar thalaby
  • Dan ditujukan untuk komunikan yg ragu-ragu

c. (Menempatkan orang yang tidak tahu sejajar dengan orang yang menolak):

( Sesungguhnya kamu sesudah itu pasti akan mati)

Penjelasan:

  • Mengapa dinyatakan di sini untuk menempatkan individu yang tidak mengetahui suatu standar dengan individu yang menyangkalnya?
  •  Kita menyadari bahwa dalam 3 standar yang dirujuk kemarin, hendaknya individu yang mengingkari data yang kita berikan menggunakan lebih dari satu taukid.
  • Kalimat ini mengandung 2 taukid
  • Karena menurutnya fakta benar-benar menegaskan bahwa bagian ini diteruskan kepada orang-orang yang pasti sadar bahwa mereka akan mati sia-sia
  • Namun karena mereka tidak bijaksana dalam menghadapi kematian dan tidak merencanakan akhirat, maka mereka dianggap khalil dzihni (tidak mengetahui)

 (Demi Allah sesungguhnya dosen itu benar-benar datang).

Penjelasan: Mukhatabnya awalnya adalah orang yang tidak tahu tetapi mutakallim memposisikannya sebagai orang yang menolak makanya digunakan dua adat taukid

d. (Menempatkan orang yang ragu-ragu sejajar dengan orang yang tidak tahu)

Contoh:

  (Telah datang amir)

Penjelasan: Diucapkan kepada orang yang ragu-ragu. Tapi orang yang ragu-ragu itu dianggap orang yang tidak tahu apa-apa.

(Harta dan anak adalah perhiasan kehidupan dunia).

Penjelasan: Diucapkan kepada orang yang ragu-ragu. Tapi mutakallim memposisikan orang yang ragu-ragu itu orang yang tidak tahu apa-apa makanya tidak digunakan adat taukid.

e. (Menempatkan orang yang ragu-ragu sejajar dengan orang yang menolak)

(Sesungguhnya kegembiraan itu pasti dekat)

Penjelasan:

  • Disini menggunakan 2 taukid.
  • Padahal orang yang diajak bicara adalah orang yang ragu-ragu

(demi Allah sesungguhnya dosen itu benar-benar pasti datang)[1]

 

Penjelasan: Diucapkan kepada orang yang ragu-ragu. Tapi orang yang ragu-ragu itu dianggap orang yang menolak makanya digunakan dua adat taukid.

 

f. (Menempatkan orang yang inkar sejajar dengan orang yang  tidak tahu)

 

Contoh:

 

(Dan tuhanmu adalah tuhan yang Esa)

 

Penjelasan:

 

1. Fokus pada kalimat yang tidak ditemukan adat taukidnya

 

2. Karena tidak ada adat tawkid, maka kalimatnya adalah khabar ibtida'i

 

3. Lebih lanjut, sebaiknya ditujukan pada komunikan yang tidak tahu apa-apa karena tidak ada adat tawkid.

 

4. Namun di sini kalimat tersebut direncanakan Allah bagi komunikan yang tidak menerima atau mempertanyakan.

 

5. Jika hendak memberikan inkar sebaiknya menggunakan adat tawid.

 

6. Namun disana Allah tidak memanfaatkan adat tawkid.

 

Mengapa? karena secara keseluruhan mereka (komunikan) mempunyai bukti-bukti nyata dan bukti-bukti yang jelas, yang jika mereka siap untuk fokus, pasti mereka akan menemukan hal-hal yang sangat memuaskan dan mengekang.[2]

 

g. ( Menempatkan orang yang inkar sejajar dengan orang yang ragu-ragu)

 

Contoh:

 

 

 

Penjelasan:

 

  • Syair ini diucapkan kepada orang yang menolak tentang kemuliaan adab dengan ingkaran yg sangat lemah
  • Jadi diucapkan pada orang yang mengingkari bahwa kemuliaan itu bukan dengan sopan santun adab tapi dengan harta
  • Kadang sebagian orang dari kita atau mungkin lebih banyak menganggap seseorang yang berstatus tinggi yang banyak harta itulah orang yang mulia
  • Padahal bukan seperti itu
  • Tapi orang yang mulia adalah orang yang mempunyai adab yang tinggi
  • Maka diucapkanlah syair ini

 

(Sesungguhnya shalat itu (mampu) mencegah perbuatan yang keji dan munkar)[3]

 

Penjelasan: Diucapkan kepada orang yang inkar. Tapi orang yang inkar itu dianggap orang yang ragu-ragu makanya digunakan satu adat taukid.

 

C. CARA MEMBEDAKAN JENIS KALAM YANG SESUAI DENGAN KONDISI KOMUNIKAN DAN TIDAK SESUAI DENGAN KONDISI KOMUNIKAN

  • Sesuai Ketentuan Korespondensi
  • Jika suatu kalam khabar disampaikan tanpa disertai huruf tawqid kepada seorang mukhathab yang khaaliyudz-dzihni, dan disertai adat tauqid sebagai kemurahan kepada mukhathab yang tampak curiga, serta disertai dengan huruf tawqid sebagai komitmen. orang-orang yang memberontak, maka kalam khabar tersebut sesuai dengan arti luarnya.
  • Tidak sesuai untuk memberikan kondisi
  • Dalam beberapa hal makna kalam khabar jelas terputus karena ada beberapa pemikiran yang dilihat oleh pembicara, di antaranya adalah:
  •  Mukhathab yang khaaliyudz-dzihni ditempatkan sebagai pena tanya ketika kalam khabar telah berlalu dengan kalimat yang memberi petunjuk pada hukum dalam kalam khabar.
  • Seorang mukhathab yang tidak ragu-ragu dianggap skeptis karena semua itu merupakan indikasi ketidakpatuhan terhadapnya.
  • Mukhathab yang ingkar dianggap sebagai orang yang tidak ingkar bila di hadapannya terdapat beberapa dalil dan bukti, yang seandainya diperhatikan, niscaya musnahlah keingkarannya itu.

 

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

              kalam khabari yang tidak sesuai dengan kondisi komunikan (khuruj 'an muqtadha al-hal) adalah penyampaian kalam khabar yang tidak sesuai dengan situasi dan kondisi penerima berita/mukhotob.

Tujuh penyimpangan Khobar

  • Menempatkan orang yang tahu sejajar dengan orang yang tidak tahu
  • Menempatkan orang yang tidak tahu sejajar dengan orang yang ragu-ragu
  • Menempatkan orang yang tidak tahu sejajar dengan orang yang menolak
  • Menempatkan orang yang ragu-ragu sejajar dengan orang yang tidak tahu
  • Menempatkan orang yang ragu-ragu sejajar dengan orang yang menolak
  • Menempatkan orang yang inkar sejajar dengan orang yang tidak tahu
  • Menempatkan orang yang inkar sejajar dengan orang yang ragu-ragu

DAFTAR PUSTAKA

Murniati, P. (2017). Aspek Aspek Ma'ani Dalam Al-Qur'an Surat Yasin dan Alternatif Pembelajarannya (Doctoral dissertation, IAIN).

Yasin, H. (2020). Sisi Balaghah Dalam Tafsir Al-Baidhawy. Tahdzib Al-Akhlaq: Jurnal Pendidikan Islam, 3(2), 41-61.

Hafidz, M. (2018). Memahami balaghah dengan mudah. journal TA'LIMUNA, 7(2), 129-145.

AL-Karim, A.&Amin, (2020 ). Al-Balaaghatul Waadhihah.Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensindo Bandung anggota IKAPI no.024/IB

Pesantren Persisi Tiga Satu. ( 2021, Januari 25 ). Keluarnya/Penyimpangan Khobar dari tuntunan dzohirnya [ Video ]. Youtube. https://youtu.be/-dNFMvaUVDI?si=oOb-hp4NHBtMbj8S

            

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun