Mohon tunggu...
Linda Puspita
Linda Puspita Mohon Tunggu... Buruh - Pekerja Migran

Be yourself

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tragedi Mimpi Penjaga Diri

4 Maret 2021   09:40 Diperbarui: 4 Maret 2021   09:45 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bajingan kamu, Rey," selorohku sambil membenturkan kepala ke tembok.

Berulang kali kepala ini menjadi korban pelampiasan amarahku, sehingga putih warna tembok kamarku kini berubah merah. Bau anyir menyeruak. Rasa sakit di kepalaku ini tak sebanding dengan luka yang dia torehkan di hatiku.

*****

Lurus pandanganku menatap alam dari ketinggian. Kosong tak bernyawa. Aku berdiri tepat di bibir roof-top. Berjalan perlahan tanpa arah, diterpa angin kencang serta rintikan hujan yang berlomba menyentuh bumi.

"Buat apa aku terus berkelana di dunia fana ini, kalau tidak ada satu pun yang peduli denganku," ucapku, aku tak kuasa lagi menahan air mata yang menerobos kelopakku.

"Sayang maafin mama, tidak bisa mempertahankan ayahmu untuk tetap bersama kita. Maafin mama karena tidak bisa menunggumu lahir ke dunia yang kejam ini, semoga kita bertemu di surga, ya, Sayang," ujarku sambil mengelus perut.

Tekadku sudah bulat untuk keputusan yang sangat menyakitkan. Mungkin ini hukuman atas perbuatanku selama bersama Rey yang kucintai. Dulu aku rela melakukan apa saja demi dia, dengan alasan nama cinta. Kini aku sendiri, bersama cinta yang ternoda.

"Mama papa maafin Rina, sekarang Rina harus pergi, selamat jalan ma, pa, Rina sayang kalian. Selamat tinggal dunia," selorohku menatap tajam jauh ke dasar gedung.

Aku menutup mata dan memberanikan diri untuk melangkah.  Tiba-tiba, samar terdengan suara wanita terus memanggilku. Suara itu semakin lama semakin jelas 

"Ri-na bangun!" 

Aku terperanjat dari tidurku. Tubuhku terguling, jatuh, dan sialnya kepalaku membentur lemari kecil tepat di sebelah ranjang. Degup jantungku begitu kencang, seluruh badan dan wajahku dibasahi keringat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun