Hari ini menjadi siswa di kelas 3 SMA. Aku senang sekali karena bisa sampe di kelas ini, dimana 12 tahun sekolah ku akan selesai. Mungkin berbeda nasib dengan mereka disana yang kurang beruntung. Di kelas 3 ini aku satu kelas dengan sahabatku, Yusie. Sementara sahabatku yang lainnya, Riska berbeda kelas dengan kami. Tetapi walaupun begitu kami tetap menjadi sahabat yang akan selalu setia bersama, suka maupun duka.
Ketika kelas 10, aku dan kedua sahabatku itu memilih Paskibra sebagai kegiatan ekstrakulikuler. Namun, karena di Paskibra terlalu cape dan tegas, jadi kami pun memutuskan untuk keluar dari keanggotaan Paskibra di kelas 10 ini. Sementara itu, kami pun tidak mempunyai satu ekskul sama sekali setelah keluar dari Paskibra.
Kami bertiga bingung harus memilih ekskul apa di kelas 10 ini. Karena jika kami tidak mempunyai satu ekskul pun, kami terancam tidak akan lulus. Aku mengusulkan untuk paduan suara.
"Yus, Ris kita mau ekskul apa, gimana kalo paduan suara aja?" Tanyaku
"Paduan suara, suara aku aja pas- pas an Nad" jawab Yusie
"Aku ga setuju, suaraku juga kurang enak di denger kalo nyanyi, lagian kalian tau kan aku kurang suka musik" kata Riska yang sangat tidak setuju
Setelah usulku ditolak oleh mereka, giliran Yusie yang memberi usul. Yusie mengajak aku dan Riska untuk mengikuti ekskul Jurnalistik. Sebenarnya aku sempat setuju karena aku suka dengan Pemotretan dan juga jurnal. Tetapi Riska sama sekali tidak tertarik akan hal itu, dia sama sekali tidak bisa ngomong di depan banyak orang. Dan sekarang Riska sendiri yang memberikan usul kepadaku dan Yusie.
"Aaa bagaimana kalo kita join ekskul bahasa aja itu yang bahasa Inggris?" Ujar Riska
"Yayaya bener banget bisa juga tuh, kenapa aku ga kepikiran itu ya" kata Yusie
"Nah ini ke dari tadi, jadi kita gak perlu les bahasa inggris lagi, udah aja di sekolah yakan" jawab Nada
Riska sangat tertarik sekali untuk masuk ke Ekskul Bahasa dan itu merupakan usul yang sangat bagus sekaligus berani. Bagaimana tidak, di Ekskul Bahasa itu menuntut semua anggotanya harus berani, bisa berdialog menggunakan bahasa Inggris dan itu menjadi tantangan kami, karena kami ingin sekali fasih berbahasa Inggris. Menikmati masa-masa akhir sekolah sebelum tahun depan kami harus mempersiapkan untuk Ujian Nasional. Dan dengan masuk ekskul bahasa ini kita akan bisa menjadi bekal saat kita akan melamar pekerjaan dimana kerja interviewer nya menggunakan bahasa Inggris.
Kami yakin dengan pilihan ini, menjadi anggota Ekskul Bahasa. Riska pun senang dengan keputusan ini. Sebenarnya aku masih ragu, namun aku harus yakin karena dengan masuk Ekskul Bahasa aku bisa lebih fasih dalam bahasa Inggris, Sebelum kami di terima di keanggotaan Ekskul Bahasa, kami terlebih dahulu diberi beberapa pertanyaan oleh pembina Ekskul Bahasa tersebut.
Seperti Apa tujuan kami masuk Ekskul Bahasa?, kenapa tidak memilih ekskul lain?, apakah kami yakin dengan pilihan kami?, apakah kami sungguh-sungguh atau terpaksa?, dan pertanyaan lainnya yang membuat kami sangat gugup dan gemetaran dalam menjawab semua pertanyaan tersebut.
Setelah menjawab berbagai pertanyaan dari pembina Ekskul Bahasa, kami pun akhirnya resmi di terima sebagai anggota Ekskul Bahasa. Riska sangat senang
"Yeeee akhirnya kita punya ekskul juga dan sudah resmi jadi anggota yeeee" Riska heboh
Aku dan Riska sangat senang, namun Yusie merasa bingung harus senang atau sedih. Dan mulai saat itu aku harus memenuhi kriteria sebagai anggota Ekskul bahasa yang terkenal tegas dan serius.
"Kamu kenapa Yus, kok kaya yang ga happy gitu?" Tanya Nada
"Aku bingung Nad, tar aku harus serius, kamu tau kan aku orang nya selalu pengen becanda" jawab Yusie yang bingung
"Yaudah sih santai aja kali, serius itu kalo kita lagi ada Miss nya, ya maklum lah masa kita mau main-main disaat ada pembina" ujar Riska
"Iya jugaa, tapi bagus juga serius biar cepet nerap ke otak, apalagi aku, kalian tau kan aku paling lemot, takut gabisa jawab pake bahasa Inggris, ya belom lancar" kata Nada
"Gapapa Nad, kita sama-sama belajar, sama-sama dari 0, jadi kita barengan pinter nya" ujar Yusie
"Semangat kawan-kawanku" Kata Riska
***
Di Ekskul Bahasa, kami diberi jadwal piket untuk membersihkan ruangan perpustakaan dan ruang bahasa. Kami mempunyai dua ruang, karena pembina Ekskul Bahasa kami juga merupakan staf dari perpustakaan sekolah. Dan ruang perpustakaan sering menjadi ruang kami untuk berkumpul karena ruang Bahasa hanya dipake sesekali saja dan kurang terurus karena masi ada barang yang belum dipindahkan. Kami berkumpul setiap hari Senin dan Rabu, namun jika ada sesuatu yang penting untuk dibicarakan kami sering kumpul di hari-hari yang tidak ditentukan sebelumnya alias mendadak. Seperti ada lomba, mau tampil pasti kumpul sebelum hari H. Mau tidak mau kami harus mentaatinya, karena jika tidak akan ada konsekuensinya. Untuk anggota Ekskul Bahasa yang tidak kumpul 3 hari (tidak berturut-turut) karena alasan yang tidak jelas, dia akan langsung dikeluarkan dari keanggotaan, tanpa ada kesempatan untuk kembali lagi masuk ke Ekskul bahasa, dan itu menjadi ancaman kami, terutama aku, Yusie dan Riska.
Setiap kumpul, kami selalu membawa makan. Mau hujan atau terik matahari, kami akan terus berlatih, karna kami ekskul nya di dalam ruangan.
Lama kelamaan aku dan Yusie semakin betah berada di keanggotaan Ekskul bahasa ini terlebih banyak sekali cowo ganteng nya yang membuat kami semakin betah, namun berbeda sekali dengan Riska yang terlihat seperti bosan. Padahal Riska sendiri yang mengajak aku dan Yusie untuk masuk ke Ekskul bahasa.
"Ris kok kamu kaya ga semangat gitu ekskul nya, ada apa?", Tanya Yusie
"Iya nih, kan kamu Ris yang ngajak kita join ekskul ini, masa kamu yang biasa aja" tanya Nada
"Ada hal yang bikin aku jadi ga betah dan itu bikin aku ga mood setiap mau eksku" jawab Riska
"Coba deh Ris pikir-pikir lagi, bentar lagi bakal ada penyeleksian buat lomba di Universitas, dan kalo kamu gini bisa jadi gakan ke pilih" Ujar Nada
"Ayolah Ris semangattt, gausah dipikirin hal yang bikin kamu ga betah itu, ingat tujuan kita awal ikut ekskul ini" gumam Yusie
"Iyaaaaa aku semangatttt demi kalian demi kita semua untuk mencapai mimpi kita juga" sahut Riska
"Nah gitu dong, ngapain semangat ayo menyerah" Ujar Nada
"Kebalik itu kebalik Nad" sahut Yusie dan Riska ketawa tersipu
"Gapapa kan biar Riska ga murung lagi hahaha" kata Nada
Aku dan Yusie terkejut mendengar penjelasan dari Riska. Aku tidak menyangka Riska tidak betah di Ekskul bahasa ini, namun dia belum berani melakukannya karena takut dengan pembina Ekskul bahasa. Aku dan Yusie pun menasehati Riska untuk tidak melakukan hal ini, karena jika keluar Riska terancam tidak akan lulus tahun depan dan tidak akan ada pula ekskul yang berbaik hati untuk menerima anggota baru di pertengahan semester ini. Riska sendiri yang megajak aku dan Yusie untuk masuk Ekskul bahasa ini. Aku dan Yusie pun semakin bisa semangat dalam ekskul ini. Namun Riska sendiri juga yang ingin keluar dari Ekskul bahasa. Aneh sekali menurutku.
"Tapi aku cape harus pulang sore terus, belum kerkom, apalagi kalian tau kan aku paling gasuka bolos" ujar Riska
"Ya semua juga sama Ris, apalagi Paskibra ketat banget, lihat ekskul yang lain tapi mereka pada semangat koo" jawab Yusie
"Nah, Paskibra kadang hari libur itu dipake buat latihan, lebih cape dari kita, kita santai aja perasan diem dikelas, materi doang, paling kalo mau lomba baru deh" sahut Nada
"Bukan masalah itu, jujur aku suka dimarahin kadang nyampe rumah kemaleman, kan beres ekskul sore, emang nya kalian pada deket" ujar Riska
Riska beralasan bahwa dia sangat lelah sekali berada di Ekskul bahasa karena harus selalu pulang sore daripada murid-murid lainnya. Riska pun berkata kepada kami bahwa dia sering dimarahi oleh ibunya karena pulang terlalu sore hampir menjelang maghrib karena rumahnya paling jauh dari aku dan Yusie. Riska mengaku kepada aku dan Yusie bahwa dirinya sangat menyesal masuk Ekskul bahasa. Aku dan Yusie sangat kecewa dengan penjelasan Riska dan mulai saat itu pula kami dan Riska tidak berkomunikasi terlebih dahulu. Di Ekskul pun aku dan Yusie sering berjauhan dengan Riska
Ketika pengumuman seleksi untuk lomba di Universitas, Riska tidak hadir karena beralasan sakit gigi kepada pembina. Aku dan Yusie tahu kalau Riska sedang berbohong. Aku sama sekali tidak menyangka nama tiga anggota Ekskul Bahasa baru terplilih untuk mengikuti lomba di Universitas. Ketiga anggota itu tak lain dan tak bukan adalah aku, Yusie dan Riska. Padahal masih banyak yang lebih baik dari pada kami. Aku harus lebih giat berlatih untuk menampilkan yang terbaik di perlombaan nanti. Sejak saat itu kami diharuskan untuk berlatih ekstra dibandingkan anggota lain yang tidak terpilih.
"Nad aku gan yangka kita kepilih" ujar Yusie
"Apalagi aku Yus, aku paling lemot gini bisa kepilih ngalahin yang udah jago anggota lama wawww terhura" kata Nada
"Kamu lagi beruntung aja itu Nad" Yusie bercanda
"BUKAN NYA DI APRESIASI YAA TEMEN NYA KEPILIH" sahut Nada yang lagi Bete
"Hahhaa cup cup becanda Nad becanda kan Aku suka becanda lupa dah kamu" ujar Yusie
Latihan pertama sejak pengumuman itu, Riska kembali tidak hadir dengan alasan yang sama. Nekat sekali dia berbohong kepada pembina, aku yakin lambat laun pembina akan mengetahui kebohongan Riska. Saat latihan, barisan tengah pun dikosongkan satu, karena posisi itu milik Riska yang berpura-pura sakit.
Dan benar dugaanku, pembina mengetahui kebohongan Riska Ia sangat murka, kepercayaan yang diberikannya kepada Riska sangat disia-siakan oleh Riska. Tanpa basa-basi pembina kami pun langsung mengeluarkan Riska dengan tidak terhormat, dan pembina Ekskul Bahasa itu menyebarkan surat kepada para pembina ekskul yang lain untuk tidak memasukkan Riska ke ekskul mereka masing-masing. Posisi Riska di Ekskul Bahasa untuk lomba digantikan oleh adik kelas kami yang sebelumnya tidak terpilih. Kini Riska tidak mempunyai satu ekskul pun, dan dia terancam tidak lulus tahun depan. Aku dan Yusie sebenarnya sangat menyangkan hal ini.
Waktu pun semakin berlalu, aku gagal mempersembahkan piala untuk Ekskul Bahasa sekolahku. Namun pembina kami sangat berterimakasih kepada kami atas perjuangan dan semangat yang diperlihatkan saat lomba di Universitas. Menurutnya, kami bisa lebih baik lagi di perlombaan selanjutnya bulan mendatang. Aku dan Riska kecewa dengan hasil ini. Padahal kami sudah yakin bisa membawa pulang piala walaupun hanya piala juara 3. Namun nasib berkata lain. Sejak saat itu, aku semakin tidak semangat di Ekskul Bahasa ini. Aku dan Yusie menjadi sering bolos. Dan kami bolos sudah lebih dari 3 hari. Nampaknya sekretaris Ekskul bahasa belum melaporkan hal ini kepada pembina, karena aku yakin sekretaris itu tidak rela jika aku dan Yusie dikeluarkan dari Ekskul bahasa ini.
"Aku tahu dia sangat menyukai kita sejak aku pertama kali masuk ke Ekskul Bahasa" ujar Nada
"Namun pembina Ekskul Bahasa bernama itu sangatlah jeli, dia tahu aku dan kamu telah bolos lebih dari tiga har" kata Yusie
Namun dia seolah-olah masih memberikan kami kesempatan untuk berubah, namun kami tidak menggubrisnya. Dan suatu saat pembina memanggil kami. Dia berkata baik-baik, bertanya kepada kami mengapa kami begini. Katanya, kami sangat berpotensi sekali di Ekskul Bahasa. Dan dia masih memberikan kami kesempatan kedua dalam jangka satu bulan ini untuk kembali bergabung dengannya di Ekskul Bahasa ini. Aku sama sekali tidak menyangka dengan Mr. Bima (nama pembina ekskul bahasa) ternyata walaupun di kelas sangat serius dan tegas ternyata dia baik dan juga asik seperti yang aku kira dahulu. Dan yang paling mengejutkan lagi, Mr. Bima menyuruh kami untuk menyampaikan hal ini juga kepada Riska. Mr. Bima tidak ingin menjadikan Riska sebagai korban kekecewaannya waktu itu.
Aku tidak bisa tidur semalaman setelah Mr. Bima berkata seperti itu kepada kami. Aku bingung harus bagaimana. Ini kesempatan untuk bisa naik kelas tahun depan, namun jika hati ini sudah tertutup tak akan ada artinya lagi. Meskipun aku tahu ancaman untuk tidak lulus karena tidak mempunyai ekskul hanya omong kosong belaka, namun siapa tahu omongan itu memang benar-benar terjadi.
"Yus kok Aku kepikiran terus yaaa sama omongan Mr. Bima tadi" kata Nada
"Lah biasa aja kali, ternyata asik juga ya Mr. Bima itu sama kaya aku, jadi kaga tegang lagi dah kalo lagi ekskul bisa canda dikit hahaha" kata Yusie
"Yus yus aku serius kamu becanda terus yaaa" ujar Nada
Kini aku dan kedua sahabatku itu seolah-olah tidak mengenal satu sama lain ketika di sekolah. Kami istirahat masing-masing tidak seperti dahulu lagi. Aku memilih untuk bergabung dengan teman-teman yang lain. Begitu pula dengan Yusie dan Riska
Besok adalah hari terakhir kami untuk memutuskan apakah tetap pada pendirian kami untuk keluar dari Ekskul Bahasa atau kembali menjadi bagian dari anggota Ekskul Bahasa sekolah yang sangat dihormati. Aku berpikir keras, aku memohon kepada Tuhan untuk meminta petunjuk dariNya agar aku bisa tenang. Aku pun bermimpi ketika tidur bahwa aku dan kedua sahabatku harus kembali masuk ke Ekskul Bahasa, jika tidak kami akan menyesal. Aku pun terbangun.
Hari terakhir pun tiba, ini saatnya keputusan. Jam sudah menunjukkan pukul 12.25 tinggal 5 menit lagi bel pulang sekolah berbunyi. Tak lama kemudian bel itu pun benar-benar berbunyi, jantungku berdebar kencang. Aku sangat tertekan, masa depanku di sekolah ini ditentukan hari ini juga. Aku harus melakukannya, aku yakin aku harus kembali ke Ekskul Bahasa dan tentunya dengan kedua sahabatku. Karena Yusie satu kelas denganku, aku pun mencoba menghampirinya ketika ia memakai sepatunya hendak pulang.
Aku berkata kepadanya, "Yus kita harus kembali ke Ekskul Bahasa"
"Maaf Nad, aku udah punya rencana kalo emang nanti aku gakan lulus karena gak punya ekskul" jawab Yusie
"Rencana apa emang Yus?" Tanya Nada
"Aku mau pindah ke dan mencari sekolah baru" jawab Yusie
"Yus itu gak baik, kita adalah sahabat dan selamanya kita akan selalu bersama" ujar Nada
Tak lama kemudian dia pergi meninggalkanku. Aku gagal membujuknya.
Tinggal Riska yang belum aku temui. Kebetulan Riska sedang kerja kelompok di kelasnya membuat mading. Aku pun masuk ke dalam kelas tersebut dan mendekati Riska.
Aku berkata kepadanya "Ris kita harus balik lagi ke Ekskul Bahasa"
"Aku gak mau kembali ke Ekskul Bahasa Nad, toh aku udah dikeluarin secara tidak terhormat kan, bukan nya semua ekskul gak boleh nerima aku yaa, sekarang ngapain ngebujuk kaya gini!" Kata Riska
"Tapi Ris ini demi kita juga, masa kita ga lulus cuma gara-gara ga punya ekskul" kata Nada
"Nad.. Nad.. ya gamungkin lah, itu hanya omong kosong aja, biar kita gak jadi ATE (anak tanpa ekskul)" jawab Riska
Aku tidak boleh seperti mereka, aku harus melakukannya walaupun hanya sendiri.
Aku segera menuju ke ruang perpustakaan karena Mr. Bima pasti sedang ada disana karena ini bukan waktunya untuk kumpul Ekskul Bahasa. Ketika aku hendak masuk ke perpustakaan, Yusie dan Riska berteriak kepadaku. Mereka pun segera menghampiriku, aku sama sekali tidak tahu apa yang akan mereka lakukan. Dan tanpa kusangka, mereka berubah pikiran. Mereka memutuskan untuk kembali masuk ke Ekskul Bahasa. Dan kami pun segera masuk ke dalam ruang perpustakaan. Mr. Bima sudah tidak ada, kata pengurus yang lain Mr. Bima sudah pulang dari tadi. Kami pun terkapar lemas dan begitu kecewa. Kami terlambat, kami tidak bisa memanfaatkan kesempatan kedua itu. Kami pun tergeletak di luar ruang perpustakaan dengan keramik putih yang dingin itu.
Tak lama kemudian, kami mendengar langkah seseorang. Kami pun segera terbangun dari alas keramik itu. Dan ternyata seseorang itu adalah Mr. Bima. Ternyata Mr. Bima belum pulang, ia pergi dulu ke kamar mandi untuk mandi karena badannya bau dan berkeringat. Mr. Bima pun mengampiri kami dan bertanya kepada kami mengapa ada disini. Kami pun menjelaskan semuanya kepada Mr. Bima.
Mr. Bima tersenyum lebar, Mr. Bima menerima kami kembali untuk masuk ke Ekskul Bahasa. Ternyata kami belumlah terlambat, kata Mr. Bima Ekskul Bahasa sedang membutuhkan anggota untuk persiapan lomba bulan depan. Dan Ekskul Bahasa akan mengirimkan tiga wakilnya yang merupakan hampir semua anggota Ekskul Bahasa dilibatkan. Dan menurutnya kami sangat pantas dan berpotensi untuk ada di posisi itu untuk lomba. Kami sangat senang dengan pernyataan Mr. Bima, kami seperti bermimpi padahal tidak. Pembina Ekskul Bahasa yang begitu serius, tegas, ternyata memang benar-benar baik. Kami tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Kami harus memberikan yang terbaik bagi Ekskul Bahasa dan sekolah. Kami tidak ingin mengulangi kesalahan kami dahulu. Dan sejak saat itu aku, Yusie, dan Riska kembali bersama lagi sebagai sahabat sejati. Dan selamanya pula kami akan tetap selalu bersama sebagai sahabat, suka maupun duka.
Dengan berjalan nya waktu kami sering mengikuti lomba, dan selalu juara membawa piala untuk sekolah tercinta. Kami pun makin akrab dengan anggota ekskul yang lainnya.
Tanpa disadari kami sudah akan lulus, dan kami ber 3 lulus semua tanpa ada hambatan apapun, hasil dari ekskul tersebut kami jadi fasih berbahasa Inggris, dan kami bercita-cita ingin ke luar negeri tercapai dan bahasa memudah kan kita dalam segala hal, semangat terus belajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H