Tinggal Riska yang belum aku temui. Kebetulan Riska sedang kerja kelompok di kelasnya membuat mading. Aku pun masuk ke dalam kelas tersebut dan mendekati Riska.
Aku berkata kepadanya "Ris kita harus balik lagi ke Ekskul Bahasa"
"Aku gak mau kembali ke Ekskul Bahasa Nad, toh aku udah dikeluarin secara tidak terhormat kan, bukan nya semua ekskul gak boleh nerima aku yaa, sekarang ngapain ngebujuk kaya gini!" Kata Riska
"Tapi Ris ini demi kita juga, masa kita ga lulus cuma gara-gara ga punya ekskul" kata Nada
"Nad.. Nad.. ya gamungkin lah, itu hanya omong kosong aja, biar kita gak jadi ATE (anak tanpa ekskul)" jawab Riska
Aku tidak boleh seperti mereka, aku harus melakukannya walaupun hanya sendiri.
Aku segera menuju ke ruang perpustakaan karena Mr. Bima pasti sedang ada disana karena ini bukan waktunya untuk kumpul Ekskul Bahasa. Ketika aku hendak masuk ke perpustakaan, Yusie dan Riska berteriak kepadaku. Mereka pun segera menghampiriku, aku sama sekali tidak tahu apa yang akan mereka lakukan. Dan tanpa kusangka, mereka berubah pikiran. Mereka memutuskan untuk kembali masuk ke Ekskul Bahasa. Dan kami pun segera masuk ke dalam ruang perpustakaan. Mr. Bima sudah tidak ada, kata pengurus yang lain Mr. Bima sudah pulang dari tadi. Kami pun terkapar lemas dan begitu kecewa. Kami terlambat, kami tidak bisa memanfaatkan kesempatan kedua itu. Kami pun tergeletak di luar ruang perpustakaan dengan keramik putih yang dingin itu.
Tak lama kemudian, kami mendengar langkah seseorang. Kami pun segera terbangun dari alas keramik itu. Dan ternyata seseorang itu adalah Mr. Bima. Ternyata Mr. Bima belum pulang, ia pergi dulu ke kamar mandi untuk mandi karena badannya bau dan berkeringat. Mr. Bima pun mengampiri kami dan bertanya kepada kami mengapa ada disini. Kami pun menjelaskan semuanya kepada Mr. Bima.
Mr. Bima tersenyum lebar, Mr. Bima menerima kami kembali untuk masuk ke Ekskul Bahasa. Ternyata kami belumlah terlambat, kata Mr. Bima Ekskul Bahasa sedang membutuhkan anggota untuk persiapan lomba bulan depan. Dan Ekskul Bahasa akan mengirimkan tiga wakilnya yang merupakan hampir semua anggota Ekskul Bahasa dilibatkan. Dan menurutnya kami sangat pantas dan berpotensi untuk ada di posisi itu untuk lomba. Kami sangat senang dengan pernyataan Mr. Bima, kami seperti bermimpi padahal tidak. Pembina Ekskul Bahasa yang begitu serius, tegas, ternyata memang benar-benar baik. Kami tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Kami harus memberikan yang terbaik bagi Ekskul Bahasa dan sekolah. Kami tidak ingin mengulangi kesalahan kami dahulu. Dan sejak saat itu aku, Yusie, dan Riska kembali bersama lagi sebagai sahabat sejati. Dan selamanya pula kami akan tetap selalu bersama sebagai sahabat, suka maupun duka.
Dengan berjalan nya waktu kami sering mengikuti lomba, dan selalu juara membawa piala untuk sekolah tercinta. Kami pun makin akrab dengan anggota ekskul yang lainnya.
Tanpa disadari kami sudah akan lulus, dan kami ber 3 lulus semua tanpa ada hambatan apapun, hasil dari ekskul tersebut kami jadi fasih berbahasa Inggris, dan kami bercita-cita ingin ke luar negeri tercapai dan bahasa memudah kan kita dalam segala hal, semangat terus belajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H