Mohon tunggu...
Lina M
Lina M Mohon Tunggu... Lainnya - Wisteria

There's gonna be another mountain

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Princess Marini Tertahan untuk Pulang

1 April 2020   06:52 Diperbarui: 16 April 2020   22:05 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Anna!" panggil seseorang sambil mengetuk pintu. Aku mengumpat dalam hati. Pasti perempuan tadi siang yang membuat kebisingan di depan kamarku. Selain mengetuk pintu, memanggil namaku, ia juga menggoyang-goyangkan lonceng logam yang kugantung di atas pintu. Aku tidak menjawabnya karena memang masih bekerja di depan komputer. Aku semakin kesal ketika ia mengetuk-ketuk jendela kaca. Lalu dengan terpaksa aku membuka pintu dan mengeluarkan anggota badan sebatas leher.

"Kamu tidak lupa acara kita nanti malam kan?" tanyanya. Aku menggeleng dan mengatakan jika sama sekali tidak lupa. Tidak lupa aku memperingatkannya agar tidak mengangguku karena aku sedang bekerja. "Aku sedang bekerja, work from home. Mohon pengertiannya, Marini," kataku. "Sudah ya!"

Marini sudah berada di sana. Ia menyambutku seolah tamu agung yang mendapat layanan VVIP. Aku heran. Ia mengenakan gaun mahal dan riasan cantik. Ada apa? Bukan hanya itu. Marini menghias meja sedemikian cantik dengan lilin, bunga segar dan makanan lezat. Aku tidak menampakkan keherananku. Aku sendiri santai saja dengan kaos longgar, celana pendek dan sandal jepit yang warnanya sudah pudar. Aku datang sambil membawa gelas berisi teh tawar.

"Aku sudah makan, Marini," kataku sambil mengambil tempat duduk. Aku tidak berbohong. Barusan aku makan makanan yang dipesankan pacarku lewat ojol.

Marini tidak keberatan meski kecewa aku tidak mau makan.

"Maaf aku sedang diet. Tapi aku akan meminum ini." Aku mengambil sebotol minuman kemasan lalu kutuangkan ke gelas yang kubawa dari kamar. "Ada apa?" tanyaku tanpa basa-basi. Marini tersenyum, ia belum mau menjawab dengan alibi masih mengunyah makanan dengan anggun.

Sejatinya aku tidak mau keluar dan ingin berada di kamar saja. Tapi perempuan ini mengundangku untuk sesuatu yang tidak jelas.

"Ada yang perlu kita bicarakan?" tanyaku lagi setelah ia meletakkan sendok garpu. Aku tidak mau basa-basi lebih lama. Marini masih belum mau menjawab. Kali ini ia mengalihkan diri pada semangkuk smoothie. Aku mendecak kesal lalu mengambil hp dari saku untuk membalas pesan pacarku yang cukup kepo dengan perempuan lapuk ini.

"Aku hanya kesepian, Anna. Aku tidak memiliki teman untuk diajak bicara," katanya. Tatapan matanya tiba-tiba kosong dan tidak jernih. Aku sudah menduga jika perempuan ini terlalu malang dengan kehidupannya. "Aku penuh harap dengan adanya isolasi seperti ini rumah kos akan menjadi ramai tetapi mereka justru malah mudik ke kampung masing-masing. Aku sudah memberi peringatan jika itu dilarang pemerintah dan justru sangat beresiko. Mereka tidak mendengarkanku dan malah terlihat kesal. Padahal kan memang lebih aman berada di sini. Ya kan?"

Aku mengangguk. Logis juga perempuan ini, gumamku dalam hati. Aku putuskan untuk menyimak saja daripada ikut bicara.

"Aku khawatir dengan wabah ini. Kita kan tinggal di zona merah, Anna. Kamu tidak takut?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun