Aku menatap kepergian Aline dari roof top. Aku harus berbesar hati bahwa gadis itu tidak menerima kembali kehadiranku. Meskipun aku sudah mengungkapkan rasa bersalah dan menyesal, aku tidak dapat mengeringkan lukanya.Â
Aku sudah berusaha menyakinkan bahwa aku sudah berubah dan mampu bersikap untuk melindungi, Aline tetap tidak ingin mengenalku lagi. Dan ini bisa dipastikan menjadi kesempatan terakhirku dapat bercakap-cakap dengannya.
"Mengapa aku harus sekuat itu? Harusnya aku bertindak seperti anak kecil lainnya, tetapi aku malah seperti Hulk yang terlalu tangguh. Meskipun begitu nyatanya aku sama sekali tidak aman, bahkan ketika kamu ada di sisiku, Di. Bisa kamu bayangkan betapa perihnya ketika tangan-tangan nakal berusaha menyibak rok hanya untuk mengetahui warna celana dalam, sedangkan di depannya berdiri seonggok daging bernyawa yang hanya menatap kosong tidak berbuat apa-apa karena terlalu takut! Dan aku tidak mau berdampingan dengan manusia semacam itu."
"Ferdinant, sejatinya saat itu aku sama sekali tidak dapat mengatakan bahwa aku baik-baik saja. Aku hanya tidak ingin melihatmu takut dan mendengar tangismu."
Aku menangis. Mengapa aku menangis? Oh iya, aku ini manusia cengeng yang terlalu takut untuk terluka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H