Di sebuah hutan kecil yang hijau, hiduplah seekor ulat bulu bernama Bito. Tubuhnya penuh dengan duri-duri kecil dan warnanya cokelat kusam. Karena penampilannya yang dianggap jelek, teman-teman Bito sering mengejeknya.
"Hei, Bito!" seru Loli, seekor burung lovebird cantik dengan tawa mengejek. "Jangan sampai aku menyentuhmu, bisa-bisa aku gatal seharian!"
Gizem, seekor belalang kecil pun menimpali, "Lihat dia! Jalannya lambat sekali, seperti siput yang tertidur!"
Mala si laba-laba, yang biasa memerangkap serangga dengan jaringnya, bahkan berkata, "Kamu tidak berguna, Bito. Siapa yang mau berteman denganmu?"
Setiap kali mendengar ejekan itu, Bito merasa sedih, tetapi ia tidak pernah membalas atau marah. Ia tahu, meski dirinya jelek dan berbeda, suatu saat ia akan menemukan caranya sendiri untuk berguna.
Suatu hari, badai besar melanda hutan. Angin kencang menerbangkan daun-daun dan hujan deras membuat sarang burung jatuh dari dahan pohon. Gizem si belalang terhanyut air yang menggenangi tanah dan jaring Mala si laba-laba hancur diterjang angin.
Loli si burung lovebird kecil cantik itu tergeletak di tanah, basah kuyup dan menggigil. Gizem terjebak di genangan air, tidak bisa melompat keluar. Mala kebingungan karena tidak punya tempat berlindung.
Bito melihat semua itu dari balik dedaunan. Meskipun ia sering diejek, hatinya penuh kebaikan. Tanpa ragu, ia merangkak mendekati Loli kecil yang kedinginan. Dengan susah payah, ia mengangkat daun besar dan menyelimuti Loli agar tetap hangat.
Lalu, ia menuju Gizem yang terjebak. Meski air mengalir deras, Bito menggunakan tubuhnya untuk membuat jembatan kecil. Belalang merangkak naik dan akhirnya bisa selamat dari genangan air.
Untuk Mala, Bito menawarkan tempat di bawah daun yang lebar agar Mala bisa berlindung sementara dari hujan.
Setelah badai reda, Loli, Gizem dan Mala menyadari betapa besar bantuan yang diberikan Bito. Mereka merasa sangat malu atas perilaku mereka selama ini.
"Maafkan kami, Bito," kata Loli dengan penuh penyesalan. "Kami salah menilaimu. Kamu jauh lebih baik daripada yang kami pikirkan."
"Terima kasih sudah menyelamatkan kami," tambah Gizem.
"Kami berjanji tidak akan mengejekmu lagi," timpal Mala. "Kamu adalah teman sejati."
Bito tersenyum dengan penuh kasih. "Aku menolong kalian karena aku peduli, bukan karena ingin diterima. Tapi aku senang kita bisa berteman."
Sejak hari itu, semua penghuni hutan menghormati Bito. Mereka belajar bahwa kebaikan hati jauh lebih berharga daripada penampilan. Bito pun tumbuh menjadi kepompong dan akhirnya menjadi kupu-kupu yang indah, mengajarkan mereka satu pelajaran penting: Jangan pernah menilai seseorang dari luarnya, karena yang terpenting adalah hatinya.Â
Selesai ....Â
Cibubur, 22 Januari 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI