Mohon tunggu...
Lina WH
Lina WH Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

• Ibu dari seorang anak laki-laki, Mifzal Alvarez.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Anak: Bersama Sahabat

9 Januari 2021   09:00 Diperbarui: 9 Januari 2021   09:01 1839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kelas 3 SD sudah diizinkan untuk beristirahat dan memakan bekal yang dibawakan oleh orang tua masing-masing. Namun, Diva kebingungan dan tidak kelihatan membawa bekal. Melihat Diva yang kebingungan, akhirnya Shafa mendekati.

"Diva, kamu kenapa?" tanya Shafa kepada Diva.

"Aku tidak membawa tas bekal," kata Diva dengan suara pelan.

"Kenapa kamu tidak membawa tas bekal?" lanjut Shafa.

Diva diam sambil menundukkan kepala, mengingat-ingat kembali kenapa tas bekal tidak dibawa ke sekolah.

"Aku tidak tahu, Shafa. Tadi pagi aku sudah menyiapkan bekal dan aku masukkan ke dalam tas bekal. Aku lupa sekali, tas bekal itu aku bawa atau tidak," jawab Diva dengan jujur.

Shafa menggeser duduknya supaya lebih dekat dengan Diva.

"Lain kali jangan lupa ya! Pastikan kamu sudah membawa tas bekalmu saat mau berangkat sekolah," Shafa pun berusaha menasehati Diva.

Shafa tetap memakan bekal roti bakarnya di depan Diva tanpa menawari. Sedangkan Diva hanya diam saja sambil memandangi Shafa yang sedang asyik memakan roti bakar. Namun, tiba-tiba Shafa berhenti makan saat mengetahui jika Diva terus memandanginya.

"Diva, maaf ya! Aku lupa menawarimu makan. Aku belum sarapan tadi pagi. Hanya meminum segelas susu saja. Maaf ya! Aku membawa dua potong roti bakar. Ayo, kamu ambil yang satunya lagi untuk kamu makan," kata Shafa dengan suara yang lembut.

Diva tersenyum dan mengucapkan terima kasih, kemudian menolak tawaran Shafa dengan halus.

"Tidak apa-apa Diva, ini untuk kamu. Aku sudah sangat kenyang sekarang," Shafa pun kembali menawarkan roti bakar kepada Diva.

"Aku tidak lapar karena tadi sudah sarapan dan minum susu. Aku hanya bingung saja, tas bekalku kenapa tidak aku bawa ke sekolah," lanjut Diva.

Tidak lama kemudian, bel tanda masuk berbunyi. Ibu Guru masuk kelas dan memberikan pelajaran seni musik kepada anak-anak di tahun ajaran baru ini.

Setelah pelajaran usai, anak-anak pulang ke rumah masing-masing tanpa dijemput oleh orang tua. Shafa dan Diva pun pulang bersama karena rumah mereka berdekatan. Beberapa menit perjalanan, Diva mengajak Shafa beristirahat di bawah pohon ceri yang rindang.

"Shafa, aku sangat haus. Bolehkah aku meminta air minum kamu?" pinta Diva dengan sopan.

"Boleh, Diva!" kata Shafa dengan senang lalu memberikan sebotol minuman kepada Diva.

Diva meminum seperlunya saja. Lalu memberikan botol minuman tersebut kepada Shafa sambil mengucapkan terima kasih.

"Aku masih punya roti bakar. Ayo, kamu makan ya!" Shafa menawarkan sepotong roti bakar yang masih utuh di tempat makan.

"Aku tidak lapar. Aku hanya haus saja," kata Diva menolak tawaran Shafa.

"Baiklah kalau begitu. Kalau haus, kamu boleh minta minumku lagi kok!"

Lalu mereka pun melanjutkan perjalanan kembali. Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan Rena, teman sepermainan mereka di rumah namun beda sekolah. Rena kelihatan sedih dengan air mata yang mengalir, namun suara isak tangis tidak terdengar. Shafa dan Diva mendekatinya.

"Rena, kamu kenapa?" tanya Diva dengan suara pelan dan ramah.

"Aku habis tertabrak sepeda di pertigaan itu," jawab Reyna dengan suara pelan.

"Siapa yang menabrakmu?" lanjut Diva.

Rena menangis, kali ini suara isak tangisnya terdengar. Shafa menyeka air mata Rena dengan sapu tangan yang selalu ada di dalam tasnya.

"Aku tidak tahu siapa yang menabrakku. Dia langsung pergi bawa sepedanya. Lututku berdarah. Perih sekali!" kata Rena sambil menangis.

Shafa tetap menyeka air mata Rena, sedangkan Diva sibuk mencari sesuatu yang ada di tasnya.

"Rena, aku bawa obat luka yang selalu aku taruh di dalam tasku. Ayo, duduk dulu di bawah pohon mangga yang teduh itu!" ajak Diva sambil membimbing Rena menuju pohon mangga.

Rena sudah tidak menagis lagi, tetapi raut mukanya masih sembab karena menahan sakit. Setelah sampai di bawah pohon mangga, Diva menyuruh Rena duduk dengan kaki lurus ke depan. Sedangkan Shafa memberikan minum kepada Rena.

"Rena, aku bersihkan dulu lukamu pakai tissue basah ya! Supaya kotorannya hilang, lalu aku akan meneteskan obat ini di lututmu yang luka. Ini akan terasa perih, tapi hanya sebentar kok!" kata Diva yang segera mengobati Rena.

"Terima kasih Shafa, Diva. Aku senang mempunyai teman seperti kalian!" kata Rena sambil tersenyum.

Setelah selesai mengobati Rena, Diva dan Shafa pun sepakat untuk mengantarkan Rena pulang ke rumah. Rena sangat senang dan selama dalam perjalanan mereka saling mengingatkan untuk tetap berhati-hati dan waspada saat di jalan. Persahabatan mereka pun semakin erat dengan saling menolong dan saling menghargai. 

---Selesai---

Ditulis oleh Lina WH

Cibubur, 09/01/2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun