Mohon tunggu...
Lina WH
Lina WH Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

• Ibu dari seorang anak laki-laki, Mifzal Alvarez.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Stop, Melabeli Anak dengan Predikat Buruk

4 September 2020   09:00 Diperbarui: 4 September 2020   09:04 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : dokumentasi pribadi

Masa pandemi yang mengharuskan anak untuk melakukan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ), menjadi PR tersendiri bagi orang tua. Apalagi jika anak yang melakukan PJJ lebih dari satu. Orang tua, terutama ibu harus sabar karena pekerjaan di rumah pun pastinya akan bertambah. 

Mungkin juga ada orang tua yang emosi saat mendampingi anak belajar. Wajar sih, jika emosi. Tetapi emosi sampai tigkat mana pun, jangan melabeli anak dengan predikat buruk. Semua predikat buruk tersebut akan melekat di pikiran anak, apalagi jika si anak tipe perasa. Pastinya anak akan sedih. 

Lantas, apa saja dampak negatif melabeli anak dengan predikat buruk? 

Simak penjelasan singkat berikut : 

1. Anak tidak akan percaya diri

Jika orang tua terlalu sering melabeli anak dengan predikat buruk, anak tidak akan memiliki kepercayaan diri dan cenderung minder. Misalnya saat itu orang tua mengatakan kepada anak, "Anak malas! Begitu saja tidak bisa!"

Di dalam benak anak, akan tertanam bahwa dirinya anak malas. Sehingga anak tidak akan percaya diri untuk melakukan kegiatan lain. Bahkan cenderung minder saat bersama-sama teman mengerjakan tugas kelompok lainnya. 

Jadi, lebih baik semangati anak dengan kata-kata positif. Misalnya, "Anak pintar! Ayo baca sekali lagi, pasti bisa jawab soal ini!" Kata-kata positif akan bisa menjadi motivasi buat anak. Bahasa yang sering digunakan atau diucapkan orang tua bisa memberi pengaruh atau dampak yang sangat kuat kepada anak . 

2. Anak akan meniru bahasa yang digunakan orang tua 

Anak-anak akan mendengarkan apa yang diucapkan oleh orang tua. Misal orang tua melabeli anak dengan predikat "malas", sangat mungkin anak membalikkan kata tersebut untuk orang tua. Bisa juga anak malah lebih berani melabeli orang lain dengan predikat buruk pula. Tentu, tindakan tersebut tidak sopan. Orang tua pasti tidak mau jika anaknya berlaku tidak sopan terhadap orang lain. Jadi, jagalah ucapan dan hindari pemberian predikat buruk kepada anak. 

3. Anak merasa tidak dihargai oleh orang tua 

Dampak negatif lainnya saat orang tua melabeli anak dengan predikat buruk adalah anak akan merasa kecewa dengan orang tua. Sebab orangtua dianggap tidak menghargai dirinya dengan baik. Sehingga hubungan antara anak dan orang tua pun tidak akan baik. Penghargaan untuk anak dari orang tua adalah hal yang penting bagi anak karena bisa memotivasi anak supaya menjadi lebih baik dari sebelumnya.  

4. Potensi dalam diri anak kurang berkembang

Setiap anak memiliki potensi yang berbeda. Kadang orang tua ada yang melihat anak dari nilai akademik di sekolah. Jika nilai akademik sekolah kurang baik, jangan melabeli anak dengan predikat buruk. Anak yang belum berhasil pada suatu mata pelajaran tertentu, bukan berarti anak tidak memiliki bakat atau potensi. 

Bisa jadi potensi anak bukan ada di bidang akademik, melainkan di bidang non akademik. Hanya belum terasah atau terlatih saja. Peran orang tua sangat penting untuk mendukung dan mendampingi anak mengasah bakat atau potensi yang dimiliki. 

Stop, melabeli anak dengan predikat buruk! Dukung anak untuk mengembangkan bakat dan potensi yang ada. Jangan sampai hanya karena ego orang tua, potensi pada diri anak menjadi kurang berkembang. 

Untuk menghindari dampak negatif tersebut, sebaiknya orang tua bersikap bijak saat berbicara dengan anak. Pilih kata-kata baik yang bisa memotivasi anak. Bila anak melakukan kesalahan, menasehati dengan bijaksana. 

Stay Health! Selamat mendampingi anak melakukan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ). Jangan lupa selalu bahagia. 


Dokpri
Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun