Mohon tunggu...
Lina WH
Lina WH Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

• Ibu dari seorang anak laki-laki, Mifzal Alvarez.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Stop, Melabeli Anak dengan Predikat Buruk

4 September 2020   09:00 Diperbarui: 4 September 2020   09:04 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : dokumentasi pribadi

Dampak negatif lainnya saat orang tua melabeli anak dengan predikat buruk adalah anak akan merasa kecewa dengan orang tua. Sebab orangtua dianggap tidak menghargai dirinya dengan baik. Sehingga hubungan antara anak dan orang tua pun tidak akan baik. Penghargaan untuk anak dari orang tua adalah hal yang penting bagi anak karena bisa memotivasi anak supaya menjadi lebih baik dari sebelumnya.  

4. Potensi dalam diri anak kurang berkembang

Setiap anak memiliki potensi yang berbeda. Kadang orang tua ada yang melihat anak dari nilai akademik di sekolah. Jika nilai akademik sekolah kurang baik, jangan melabeli anak dengan predikat buruk. Anak yang belum berhasil pada suatu mata pelajaran tertentu, bukan berarti anak tidak memiliki bakat atau potensi. 

Bisa jadi potensi anak bukan ada di bidang akademik, melainkan di bidang non akademik. Hanya belum terasah atau terlatih saja. Peran orang tua sangat penting untuk mendukung dan mendampingi anak mengasah bakat atau potensi yang dimiliki. 

Stop, melabeli anak dengan predikat buruk! Dukung anak untuk mengembangkan bakat dan potensi yang ada. Jangan sampai hanya karena ego orang tua, potensi pada diri anak menjadi kurang berkembang. 

Untuk menghindari dampak negatif tersebut, sebaiknya orang tua bersikap bijak saat berbicara dengan anak. Pilih kata-kata baik yang bisa memotivasi anak. Bila anak melakukan kesalahan, menasehati dengan bijaksana. 

Stay Health! Selamat mendampingi anak melakukan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ). Jangan lupa selalu bahagia. 


Dokpri
Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun