Ketika malam...
Ketika rembulan memancar indah cakrawala
Bagai ada getar yang merambat
Bagai ada pijar yang menyala, menyebar
Ini dukaku, duka yang mendalam
Hingga kelopak ini tak mampu pejam
Hati layu dilanda resah gelisah
Terkapar tanpa cinta
Tanpa kasih, tanpa rindu yang mampu menyelimuti lara
: Kesunyian hati mulai melanda
Ketika siang...
Ketika mentari memancarkan pesona sinarnya
Hingga memanggang kehampaan raga
Yang tiada dahaga karena telah hilang rasa
Aku sempatkan mengumandang rindu
Menyebut nama-Mu
Adalah pelipur lara penghibur gulana
Yang kini terlanjur melangkah tanpa arah
Di sepanjang jalan resah
: Kesunyian hari, masih
Ketika senja merona...
Aku rubah belok kemantapan jiwa
Sungguh, dari telaga hati yang sebenarnya
Tercurah dari dalam rasa yang mendamba
Mencipta suka, mendulang duka
: Kesunyian hati mulai menyiksa
Ketika malam menyapa...
Sunyi, hingga hening memecah gundah
Sebait nada cinta penuh warna
Aku serah, dan pasrah hanya untuk-Mu
: Kesunyian hati mulai terusir
Diiringi hamparan asa di atas sajadah
Aku bersimpuh, berpasrah
Memohonkan ampun untuk diri
Mulai hidup di lurus jalan-Mu
Hingga kesunyian hati yang aku sandang kini
Meluntur, melebur dengan niatku
Meraih tahta suci-Mu
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI