"Apakah ayah dan ibu Mueza tahu tempat ini?" tanya Akil dengan penasaran.
"Iya, tahu. Pohon randu ini sangat besar dan terbesar di sini. Paman sedang lelah untuk kembali terbang," kata Pak Elang.
"Pak Elang, sementara kita di sini dulu ya. Tunggu lelah Pak Elang hilang. Dan nanti kami juga hendak ke rumah Noya, sahabat Akil!" kata ayah Akil kepada Pak Elang.
"Baiklah kalau begitu, Pak. Saya memang perlu istirahat untuk sementara waktu," jawab Pak Elang yang memang benar-benar lelah dengan kegiatannya akhir-akhir ini.
"Kino dan Keno bagaimana? Apakah hafal alamat rumahnya?" tanya ibu Akil kemudian.
"Aku tidak punya rumah. Aku tidur di manapun asalkan dekat dengan rumput subur!" jawab Kino dengan santai.
"Kami tidak punya keluarga. Ibuku meninggal saat melahirkan aku di tepi padang ilalang. Dan aku tidak tahu di mana ayahku," lanjut Keno tanpa ada terlihat kesedihan di wajahnya.
"Ya sudah! Keno dan Keno tinggal denganku saja. Nanti dibuatkan rumah sendiri kok oleh Ayah. Iya kan, Ayah?" kata Keno yang sebenarnya menginginkan rumahnya ramai.
"Tentu, Akil!" jawab Ayah Akil singkat.
"Paman Elang, bagaimana dengan Noya? Aku kangen Noya. Aku ingin dekat Noya juga!" kata Akil yang sebenarnya tidak mau pisah dengan Noya.
"Ayah dan Ibu akan mengunjungi orang tua Noya, Akil! Ayah dan Ibu sangat berhutang budi kepada mereka," jawab Ayah Akil.