"Ibumu pasti orang yang sabar."
"Ibuku kadang juga memarahiku kok!" jawab Akil sambil tetap menyelesaikan pembuatan terompet blarak tersebut.
"Kalau kamu nangis, ibumu marah tidak?" tanya Noya selanjutnya.
"Aku jarang menangis."
"Kalau bangun tidur, nangis tidak?" lanjut Noya dengan pertanyaan lagi.
"Tidak. Bangun tidur, aku selalu membereskan tempat tidur. Lalu membantu ibuku untuk menyapu dan mengepel rumah. Serta mengelap perabotan rumah dari debu. Oh iya, Noya mau membuat terompet ini menjadi panjang atau segini saja?"
"Bisa panjang ya?"
"Bisa!"
"Aku mau dua-duanya. Yang ini segini saja. Lalu untuk selanjutnya kita membuat yang lebih panjang," jawab Noya dengan jujur sesuai keinginannya.
"Baiklah! Sekarang kunci ujung blarak ini dengan lidi yang ajak besar. Supaya tidak mudah lepas."
"Baiklah, Akil!"