"Noya, jika sudah selesai lidinya jangan dibuang ya. Nanti buat mengunci ujung blarak jika terompet selesai dibuat, sehingga daun blarak tidak akan lepas," kata Akil selanjutnya.
"Iya, Akil. Lalu bagaimana ini?" tanya Noya yang sudah tidak sabar lagi untuk menyelesaikan terompet daun blarak tersebut.
"Ambil satu helai daun blarak Noya. Lalu potong kurang lebih sepanjang telunjuk tanganmu. Dua buah ya!"
Dan Noya pun mengikuti petunjuk Akil dengan bimbingan Akil. Meski nampak kesusahan dan kurang percaya diri, Noya tetap bersemangat.
"Kemudian, gabungkan kedua daun blarak yang sudah dipotong tersebut menjadi satu!" lanjut Akil kemudian.
"Ayo, kamu lakukan dulu. Dan aku akan mencontohnya!" kata Noya dengan penuh semangat.
"Ambil daun yang sehelai lagi, kemudian lilit pada bagian ujungnya, sampai lilitannya habis. Lalu sambung lagi dengan lidi berukuran kecil," Akil pun dengan lancar dan semangat memberi petunjuk dan contoh kepada Noya.
"Ini gampang-gampang susah, Akil! Daunnya licin. Jadi lepas lagi deh!" kata Noya sambil tertawa kecil.
"Iya, dan kita harus telaten!"
"Siapa yang mengajarimu membuat terompet blarak ini, Akil?" tanya Noya dengan suara manjanya.
"Ibuku yang mengajari. Kata ibuku, itu untuk melatih motorikku."